Part-06 Terpaksa sekolah

34.5K 3.2K 65
                                    

"Aku terpaksa untuk terbiasa"

- Alana.A.W

-★☠★-

Empat hari merajuk tak memberikan hasil apapun. Alhasil, Alana kini kembali menginjakkan kaki di sekolah yang tak diinginkannya. Alana mencengkeram tali tasnya kuat-kuat, mengikuti langkah Alan dari belakang, sembari  berdoa dalam hati agar dirinya sekelas dengan Alan. Jika tidak sekelas, Alana benar-benar akan mogok sekolah seperti sebelumnya.

Gadis itu mencari namanya di daftar absen kelas X IPA1/A yang terdapat Alan di sana. Nama mereka sama-sama dari A tapi Alana tak menemukan namanya di kertas itu.

Perasaan Alana menjadi gelisah saat tak menemukan namanya. Dalam hati, ia sudah berniat pulang jika tidak sekelas dengan Alan.

"Kok nama Alana gak ada? Alana gak sekelas sama kak Alan?" tanya Alana dengan wajah murung.

Sedangkan Alan terus mencari nama kembarannya di absen kelas lain. Dan ketemu, Alan segera menunjuknya. "Kamu di kelas IPA3/C Na," ucap Alan.

Mata Alana mulai berkaca-kaca. Dugaannya benar jika mereka tidak akan sekelas. "Alana maunya sekelas sama kak Alan!" dengus Alana.

"Tapi kamu ditempatin di kelas C, Na."

"Alana mau protes sama paman Razan!" Kesalnya. Saat Alana hendak pergi dari sana, Alan buru-buru mencekal tangan Alana.

"Gak papa kali Na, gak sekelas juga. Lagian kelas kita deket kok cuman kehalang satu kelas," ujar Alan yang memberi pengertian terhadap kembarannya.

"Tapi Alana maunya sama kak Alan. Gimana kalo nanti Alana gak punya temen? Gimana kalo temen sekelas Alana, gak ada yang mau temenan sama Alana?  Waktu MPLS juga Alana gak punya temen. Kalo Alana sama kak Alan, otomatis temen kak Alan temen Alana juga. Alana tahu gak bakal ada yang mau temen sama Alana kecuali temenan juga sama kak Alan."

"Bukan itu doang. Gimana kalo hantu itu muncul lagi?" lanjut Alana dalam hatinya. Pikiran Alana mulai berkelana, jauh dari Alan membuatnya resah.

Alana tidak mau jauh dari kakaknya. Alanlah yang selalu ada di setiap Alana membutuhkannya. Alanlah orang pertama yang Alana temui jika ia terkena masalah. Alan juga orang pertama yang menjadi tempatnya mengadu. Sejak lahir pun Alana memang sangat bergantung kepada Alan. Alana merasa tidak bisa apa-apa jika tidak bersama dengan Alan.

Alana mendengus kesal, jika seperti ini lebih baik ia tak usah sekolah. Padahal ia sudah terpaksa kembali sekolah karena Azka mengiming-imingi Alana akan sekelas dengan Alan, tidak ada yang perlu Alana takutkan lagi. Tapi nyatanya?

"Daddy bohong sama Alana," Perlahan air matanya menetes.

"Na," panggil Alan. Saat Alan hendak meraih tangan Alana, dengan cepat Alana menepis tangannya.

"Kak Alan juga bohong sama Alana. Katanya selelas tapi enggak!"

"Kak Alan kan gak tahu kalo kaya gini Na," ujar Alan dengan lembut, tangannya kini terulur untuk menghapus air mata Alana.

"Jangan nangis, ayo ke kelas bentar lagi upacara."

Mau tak mau Alana harus mengikuti ucapan kakaknya. Alan kini merangkul bahu Alana, dan pergi menuju kelas Alana.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang