01-[MPI]

26.4K 2.4K 62
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****

"GENTALA!"

Teriakan disusul dengan suara pintu kamar yang dibanting keras membuat Gentala terkejut. Baru dua detik lalu Gentala duduk di sofa, berniat melepas penat sepulang sekolah. Mau tak mau, Gentala pun kembali beranjak dari duduknya.

"Apa, sih? Gue baru pulang, malah marah-marah, ngajak berantem?" Gentala berkacak pinggang.

"Gue lagi gak bercanda!" Sahut gadis yang melenggang mendekat ke arahnya.

"Ya, siapa yang bercanda, Ayumi? Gue beneran capek, pending dulu marah-marahnya napa. Biar kering dulu keringet gue." Balas Gentala, tidak terlalu mengindahkan kemarahan Ayumi.

Gentala melonggarkan simpul dasi di leher jenjangnya, kemudian berjalan menuju gantungan baju di samping lemari. Gentala melepas seragam yang ia kenakan, menyisakan kaos putih dengan lengan pendek membalut tubuhnya.

Prilaku pria itu yang kelewat santai membuat Ayumi geram.

"Lo sengaja?" Ayumi tiba-tiba bertanya.

"Sengaja apa?" Dahi Gentala berkerut tak paham.

"Lo sengaja bantuin gue di kantin tadi supaya gue dihujat satu sekolah, kan? Supaya orang-orang makin gak suka sama gue dan ngira kalau gue deketin, Lo! Ngaku!" Ucap Ayumi dengan emosi yang menggebu-gebu.

Pernyataan Ayumi tersebut membuat Gentala semakin bingung. Apa yang gadis itu bicarakan?

"Duduk dulu, dah, duduk. Lo suka ngelantur kalau lagi capek." Gentala berniat memegang bahu Ayumi, namun gadis itu menepisnya.

"Ish! Jangan pegang-pegang!" Tolak Ayumi dengan ketus.

"Elah, bersih tangan gue! Gak ada virusnya." Ujar Gentala tidak terima.

"Gue lagi marah sama lo, jadi jangan pegang-pegang!" Sebelah kaki Ayumi mengentak kesal.

"Berarti kalau lagi gak marah, boleh?" Gentala tersenyum jahil.

Raut wajah Ayumi semakin tidak bersahabat. Kulit wajahnya berubah merah padam. Kedua kelopak mata minimalis miliknya juga menyipit tajam. Gentala yang menyadari gelagat tidak baik itu langsung tersenyum penuh.

"Bercanda, Sayang, udah duduk dulu." Gentala mengalihkan pembicaraan.

Ayumi berdecak kesal, namun gadis itu menurut dan duduk di sofa pada akhirnya.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now