48-[MPI]

8K 951 64
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Erlangga udah siuman.
Tolong jagain bentar, gue ada urusan.

Itulah pesan yang Chandra terima dari Gentala saat jam istirahat tadi. Gentala memang tidak masuk sekolah hari ini karena menjaga Erlangga. Chandra cepat-cepat datang ke rumah sakit setelah pulang sekolah. Ia juga mengajak Satria bersamanya.

Ceklek!

Chandra membuka pintu ruang rawat Erlangga, dan benar saja, ia tidak menemukan keberadaan Gentala di sana. Hanya ada Erlangga yang sedang duduk bersandar di atas tempat tidurnya.

"Ekhem! Gentala mana?" Chandra bertanya dengan nada yang ketus.

"Gak ada." Erlangga turut memalingkan wajah.

Nampaknya, baik Chandra maupun Erlangga masih sama-sama malu untuk berujar sapa.

"Ck, gimana, sih? katanya ada di sini, sia-sia waktu gue." Chandra memasukkan tangan ke dalam saku celananya, lalu duduk di atas sofa.

"Loh, bukannya tujuan kita ke sini emang mau jengukin Erlangga, ya—awh! Chandra, sakit!" Satria mengaduh saat Chandra menginjak kaki kanannya.

"Diem, Sat! Gue lagi jaim, nih. Cepu banget mulut, lo!" Misuh Chandra terlihat kesal.

Erlangga yang mendengar itu tertawa kecil.

"Gue gak ngelawak! Gak usah ketawa!" Bentak Chandra.

"Chandra bener, Erlangga jangan ketawa dulu nanti ususnya sobek lagi." Satria memberi peringatan.

"Lo tahu usus gue robek?" Tanya Erlangga.

"Tahu, kemarin dokter yang bilang, katanya usus Erlangga robek. Kemarin pas Erlangga dioperasi, kita temenin Erlangga di sini." Jelas Satria.

"Kalian?" Erlangga agak sedikit terkejut mendengarnya.

Saat ia siuman tadi, hanya ada Gentala di sini. Erlangga pikir hanya Gentala yang tahu tentang keadaannya, ternyata anak-anak Yeniçeri juga.

"Iya! Kita punya temen baru loh, Er, dia imut, badannya kecil, tapi pinter, namanya—"

Ceklek!

Belum sempat Satria menyebut nama Renka, ternyata pria itu sudah lebih dulu datang bersama Nafis dan Anggana.

"Nah! Itu dia! Ini namanya Renka!" Satria merangkul bahu Renka, dan memperkenalkannya kepada Erlangga dengan sangat antusias.

"H-hai, gue Renka."

"Erlangga." Erlangga membalas sapaan canggung dari Renka dengan nada yang terkesan dingin.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now