EXTRA PART

14.9K 1K 92
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

*****

Gentala menatap foto pernikahan yang terpajang pada dinding di sampingnya, ia nampak masih tidak percaya dengan semua yang terjadi. Memutuskan menikah di usia muda, Gentala tidak menyangka rumah tangganya bisa bertahan hingga dua belas tahun lamanya. Walau tak mudah, namun Gentala bersyukur bisa melewatinya dengan baik.

Segala puji bagi Dzat Yang Maha memberi kekuatan dan kebahagiaan pada hamba-hamba-Nya.

"Ummi, Er kapan dikirim ke pesantren?"

Pertanyaan dari si Sulung membuat Ayumi yang tengah mengoleskan selai pada roti tawar itu menoleh sejenak.

"Er kan baru kelas lima, nanti masuk pesantren pas SMP." Jelas Ayumi pada putranya.

"Tapi Abi masuk pesantren dari kelas satu SD." Bahu anak berusia 11 tahun itu merosot sedih.

Ayumi melirik Gentala yang baru saja menyeruput kopi hitam miliknya.

"Er mau cepet-cepet masuk pesantren, hm?" Gentala mengusap pelan kepala Ertugrul.

"Er mau pesantrennya di tempat Abi dulu, nggak mau di tempat Tante Jahira." Keluh Ertugrul.

"Tapi Nenek minta Er buat pesantren di tempat Tante Jahira kan kemarin? Biar di sana Er ada yang jagain." Ayumi masih berusaha memberikan pengertian pada anak sulungnya.

"Er masuk pesantren kan biar mandiri, kalau ada yang jagain suruh masuk taman bermain aja. Pokoknya Er gak mau sekolah kalau gak masuk pesantrennya Abi dulu!" Anak 11 tahun itu melipat tangannya di depan dada.

Ayumi melirik ke arah Gentala, seolah meminta bantuan setidaknya untuk membuat Ertugrul mau berangkat sekolah pagi ini.

"Kalau Er dapet nilai seratus di ujian matematika besok, Abi nanti coba bujuk Nenek biar bolehin Er pesantren di tempat Abi dulu." Gentala kembali mengusak surai putranya.

"Abi serius? Nggak lagi bohongin Er supaya Er mau berangkat ke sekolah aja, kan?" Ertugrul menatap sang ayah dengan tatapan penuh selidik.

Gentala meringis, kenapa anak itu cerdas sekali?

"Nggak, emang Abi pernah bohong sama Er?"

Ertugrul menggeleng pelan. "Enggak, Abi."

"Makannya, Er percaya aja sama Abi. Abi nanti bicara sama Nenek, cuma kalau untuk hasilnya Abi gak janji, tapi Abi berusaha." Gentala kemudian membisikkan sesuatu pada telinga putra sulungnya. "Abi juga maunya kamu pesantren di tempat Abi dulu, cuma takut Nenek marah."

Ertugrul tersenyum senang mendengarnya.

"Kalau gitu Abi harus berusaha!" Ujar Ertugrul dengan tangan yang mengepal semangat ke udara.

Gentala AbrahamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora