58-[MPI]

8.7K 958 101
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

******

Prang!

Gelas teh yang Ayumi pegang tiba-tiba terjatuh. Ayumi berdecak, ia mengambil sapu dan membersihkan serpihan gelas kaca itu.

"Pasti karena mikirin Abi kamu, dia jahat banget telepon Ummi gak diangkat, chat juga gak dibales." Ayumi mengusap perutnya sambil menggerutu.

Mood Ayumi untuk minum teh sudah rusak, ia tidak mau makan apapun sampai makan malam nanti, Ayumi ingin menunggu Gentala saja.

Meninggalkan area dapur, Ayumi berjalan ke ruang tengah, ia berdiri menghadap dinding kaca hunian mewah ini, menatap pemandangan senja ibukota yang terlihat sangat indah.

Sekarang pukul lima sore, cuaca seharian ini cerah, membuat sinar matahari yang tak lagi panas itu masuk membias melalui kaca jendela.

"Kalau ada kamu pasti seru, kita liat pemandangan ini bertiga, sama Ummi sama Abi. Abi kamu suka senja, kalau Ummi sukanya pemandangan malem, nanti kamu suka apa, ya?" Ayumi mengusap perutnya sambil tertawa, ia tidak sabar menunggu kehadiran anak kecil ditengah-tengah mereka.

Ah, pasti menyenangkan sekali, Ayumi akan memiliki keluarga kecil yang bahagia.

"Eh, kita bikin makanan buat Abi buka puasa nanti, yuk? Hari ini Ummi mau masak yang banyak! Kita makan malem bareng-bareng, ya?" Ayumi tersenyum dan berjalan kembali menuju dapur.

Namun, suara ponsel yang berdering membuat Ayumi menoleh cepat.

"Itu pasti Gentala!" Ayumi berlari ke arah meja, mengambil ponselnya dengan antusias.

"Loh, ini nomor siapa?" Ternyata yang menghubunginya bukan Gentala, melainkan nomor tidak dikenal.

Ayumi sempat ingin menolak panggilan itu, namun Ayumi merasa tidak asing dengan foto profil orang yang meneleponnya, itu foto Nafis. Maka dengan cepat, Ayumi mengangkat panggilan itu.

"H-hallo, Assalamu'alaikum, Naf—Satria?" Ayumi terkejut saat yang bersuara di seberang sana adalah Satria, yang sedang menangis tersedu-sedu.

"Hah!" Ayumi menutup mulutnya tidak percaya begitu mendengar apa yang Satria ucapkan.

Ponsel digenggamnya jatuh begitu saja, kaki Ayumi terasa lemas hingga tidak mampu menahan beban tubuhnya sendiri. Ayumi meremat perutnya dengan kuat, tidak! Katakan pada Ayumi jika kabar yang ia dengar itu tidak benar!





******

Panas dari api yang membumbung tinggi itu menerpa kulitnya. Ayumi menatap gedung yang hampir tak berbentuk di hadapannya dengan air mata yang meluruh. Ia lihat orang berlalu-lalang, menyelamatkan diri, memapah yang terluka, tak jarang menandu raga yang tidak lagi bernyawa. Ada kah Gentala diantara salah satunya? Ayumi menggeleng pelan. Tidak! Gentala baik-baik saja.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now