35-[MPI]

8.1K 875 49
                                    


♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Ayumi mengeratkan pegangannya pada lengan Gentala ketika mereka memasuki mansion milik Rezarian Abraham—ayah Gentala. Entah mengapa, Ayumi tiba-tiba merasa sangat gugup.

"Tumben pegang-pegang, biasanya nolak mulu." Celetuk Gentala kala Ayumi terus memegang tangannya sejak tadi.

"Rumah Papa kamu serem." Ayumi menjawab asal.

Sebenarnya, Ayumi sudah lebih dari sering menginjakkan kaki di mansion ini. Dulu, mendiang ayahnya kerap kali mengajak Ayumi ke sini. Itulah sebabnya Ayumi merasa ragu untuk datang ke mansion ini lagi, terlalu banyak kenangan dengan mendiang ayahnya di sini.

"Iya, sih, sama seremnya sama Papa. Kalau ketemu dia hati-hati, nanti kena gigit." Ucap Gentala mencairkan suasana.

"Ish! Nyebelin!" Ayumi mencubit perut Gentala, namun pria itu malah tertawa.

"Yang nyebelin itu biasanya ngangenin, sih." Balas Gentala yang membuat Ayumi mencebik.

"AYUMI!"

Ayumi terperanjat saat seseorang memanggil namanya. Ternyata itu Jeisya, wanita itu berlari kecil dari lantai dua dan menghampiri Ayumi dengan antusias.

"Kalian ke sini kok gak ngabarin Mama?" Ujar Jeisya.

"Rencananya mau lusa, cuma mumpung hari ini libur jadi hari ini aja." Ujar Gentala sambil mencium tangan Mama tirinya.

"Oh, gitu. Ayumi, kabarnya gimana?"

Ayumi tersenyum, ia mencium punggung tangan Jeisya.

"Baik, Ma."

"Gentala gak ditanya?"

"Kamu baik-baik aja, ngapain Mama tanya?" Jeisya menatap anak tirinya dengan malas.

"Cih, pilih kasih." Gentala membuang wajah kesal.

"Haha, Mama bercanda. Gimana kabarnya anak Mama yang paling ganteng? Uuu... Masakan Ayumi pasti enak, makin gendut anak bujang Mama." Jeisya mencubit pipi Gentala gemas.

"Sehat, Ma, bukan gemuk, otot semua nih." Gentala sedikit menggulung lengan kemejanya, tidak terima dikatai gemuk oleh ibu tirinya.

"Masa?" Jeisya memicing curiga.

"Bener, tanya aja Ayumi—aw! Sakit, Sayang." Ujar Gentala saat Ayumi mencubit pinggangnya.

Jeisya tertawa.

"Dia emang nyebelin anaknya. Kamu kalau gak tahan sama sikap Gentala, bilang aja sama Mama. Mama punya banyak kenalan cowok yang gan—"

"Mama!" Gentala menyela ucapan Jeisya.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now