43-[MPI]

7.6K 842 74
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Pandangan Gentala memburam, kesepuluh jemarinya bertaut dengan kuat, raut wajah pria itu nampak kacau—marah, takut, kekhawatiran terpancar jelas dari sorot bola mata hitamnya yang kelam. Melihat kondisi temannya yang terlihat begitu menyedihkan, Nafis menghela berat.

"Ayumi baik-baik aja, dia cewek yang kuat." Nafis menepuk pundak Gentala.

"Chandra bener, Ayumi kan kayak wonder woman." Satria menimpali.

"Diem! lagi serius, nih." Chandra memukul pundak Satria cukup keras, membuat pemuda itu meringis.

"Sakit, Chandra..." Satria mengusap-usap bahu kanannya.

"Siapa pelakunya?" Gentala membuka suara.

"Tadi pas gue cek CCTV, ada cuma ada mobil Soraya di parkiran, gak ada kendaraan lain di sana." Jelas Nafis yang memeriksa CCTV sekolah bersama Satria sebelum datang ke sini.

"Temen-temennya yang lain gak terlibat? Thalia, Raisa, Chaterine?" Chandra bertanya.

"Nggak, kayaknya. Thalia emang deket sama Soraya, tapi gue telepon dia tadi lagi sama Siti." Jelas Nafis kembali.

Ara adalah gadis yang baik. Setidak Suka apapun dia pada seseorang, tidak mungkin ia berani menyakiti orang lain.

"Kan, gue bilang si Soraya itu cewek bar-bar. Udah lo laporin ke polisi?" Tanya Chandra pada Nafis.

"Udah, kayaknya lagi di proses." Ujar pemuda dengan jaket abu-abu tua itu.

Gentala melirik jam di tangannya, sudah hampir satu jam tapi dokter masih belum juga keluar. Gentala penasaran setengah mati dengan kondisi gadis itu, kenapa masih belum ada orang yang memberitahu keadaannya?

Akhirnya, pria itu berdiri dan nekat ingin membuka paksa pintu ruang tempat Ayumi dirawat.

"Dokter! Buka!" Gentala menggedor pintu ruangan itu.

"Lo apa-apaan, sih! Jangan bikin keributan di sini!" Chandra menarik bahu Gentala menjauh.

"Tapi kenapa mereka masih belum keluar? Gue mau ketemu istri gue! Buka!" Gentala menendang pintu ruangan itu, menimbulkan suara yang cukup nyaring.

Nafis dan Satria yang sadar jika emosi Gentala mulai tidak terkontrol, langsung memegangi kedua lengan pria itu.

"Istighfar, Ta, Ayumi pasti baik-baik aja, lo jangan kayak gini." Nafis mencoba menenangkan Gentala.

"Aghr! Gue mau ketemu Ayumi! Lepas!" Gentala berusaha memberontak, beruntung Nafis dan Satria masih mampu menahan pergerakannya.

Mereka tahu jika Gentala memiliki masalah dengan kondisi emosionalnya. Gentala sangat sulit mengendalikan diri saat dikuasai amarah. Gentala bisa melakukan hal-hal yang berbahaya, baik untuk orang lain, maupun dirinya sendiri.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now