06-[MPI]

15.6K 1.6K 32
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

Gentala berdiri di depan cermin dan meraih jam tangan di atas meja, kemudian memakainya. Gentala memang tipikal murid yang selalu memperhatikan pakaian sekolahnya. Bukan karena ingin dicap sebagai 'anak baik ', melainkan Gentala menganggap hal itu adalah keharusan atas konsekuensinya sebagai seorang siswa.

Setelah merasa rapih dan atribut sekolahnya lengkap, Gentala keluar dari kamarnya dan menuju lantai bawah untuk sarapan pagi.

"Duh, solehah banget Bidadari Surga gue, pagi-pagi udah siapin sarapan aja." Ujar Gentala tatkala melihat Ayumi tengah menyiapkan sarapan.

Ayumi merotasi bola mata jengah, tidak selera Ayumi mendengar gombalan pagi-pagi begini. Ayumi mengambil sehelai roti tawar kembali dan mengolesinya dengan selai kacang.

"Hari ini sarapan roti aja, ya? Gue bangunnya telat jadi gak sempet masak." Ucap Ayumi.

"Santai, apapun yang lo siapin pasti gue makan." Jawab Gentala seraya duduk di kursi tepat di samping Ayumi.

"Kalau gue kasih sianida? Dimakan, gak?" Balas Ayumi dengan nada sarkas.

"Tega amat sama suami sendiri. Gak ada gue nanti sepi, hidup lo nanti jadi gak berwarna lagi." Gentala mengambil sebutir anggur dari keranjang buah.

"Ya, tinggal gue warnain sendiri, ribet amat." Ayumi menjawab logis.

"Ck, kreatif banget sih, jawaban lo? Gak bisa amat gue gombalin, salting sesekali napa." Gentala menyantap buah anggur di tangannya.

Gentala tuh gak pernah pacaran sejak kecil, jadi dia nabung gombalan-gombalan banyak banget. Niatnya, biar pas nikah nanti bisa romantis dan bikin istrinya salting, lah ini dianggap aja kagak.

Namun, seperti biasa, perkataan Gentala tadi tidak direspon baik oleh Ayumi. Gadis itu malah beranjak untuk mengambil kotak susu dari lemari pendingin, kemudian menuangkannya ke dalam gelas. Melihat hal itu, Gentala menghela berat.

Ting!

Mendengar ponselnya berbunyi, Gentala merogoh benda pipih itu dari saku almamater, kemudian membukanya. Ternyata, pesan tersebut berasal dari teman-temannya.

Di saat bersamaan, Ayumi sudah kembali duduk di sampingnya. Hal tersebut membuat Gentala kembali meletakkan ponselnya di atas meja dan urung membalas obrolan dari teman-temannya di grup. Gentala memilih menikmati sarapan yang telah Ayumi siapkan.

Yeniçeri (4)

Satria:
Aku lagi di kantin, beli pop ice
sama telur gulung buat sarapan.
Ada yang mau nitip, gak?

Gentala AbrahamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang