27-[MPI]

8.5K 936 71
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

"ENSITI IN DE HAUSSS!!!!! APA KABAR EPERIBADIH! KANGEN KAH KALIAN TIDAK BERTEMU DENGAN PANGERAN SELAMA DUA HARIIIIII"

"Mencoreng harga diri gue banget nih manusia." Chandra menutupi wajahnya karena malu.

Chandra masuk kelas beriringan dengan Nafis. Otomatis, perhatian semua orang yang mengarah pada Nafis juga tertuju kepadanya.

"Nafis, kata Mama kalau masuk kelas itu harus ucap salam, bukan teriak-teriak." Satria menepuk pundak Nafis mengingatkan.

"Astagfirullah, suka lupa gue! Lagian ni kelas auranya negatif bener, pas gue masuk bawaannya pengen maksiat aja! Gue yakin ini pasti karena banyak setan nih di sini!" Nafis berkacak pinggang.

"Iye, elu setannya! Minggir!" Chandra menubruk bahu Nafis dan buru-buru duduk di kursinya.

Dikatai demikian, Nafis mendengus kesal. Setelah itu, Nafis menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di depan kelas.

"Ekhem, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, teman-teman sekalian. Semoga Allah memudahkan kita untuk beramal sholeh hari ini, menjauhkan kita dari maksiat, dan hari ini menjadi hari yang penuh keberkahan." Kedua telapak tangan Nafis bersatu di depan dada, persis seperti mbak-mbak tailer kalau kita datang ke bank.

"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh, amin..." Jawab satu kelas serempak.

Namun, seorang siswa yang duduk di bangku paling depan tidak menyahut ucapannya.

"Oh, iya, beda server, gue lupa." Nafis menepuk pundak salah satu temannya yang bernama Wisnu itu, membuat sang empu mendengus kesal.

"Eh, ini ayang gue kemana, nih? Nok, liat si Siti kagak? Kok belum datang dia?" Nafis menunjuk bangku kedua baris ketiga yang tampak kosong.

"Nak, Nok, Nak, Nok, gue Dina!" Kesal gadis dengan kacamata tebal itu.

"Lah, gue kita Denok." Balas Nafis dengan senyum penuh khas miliknya.

"Siti gak masuk, dia sakit." Jawab Dina ketus.

"Hah?! Sakit apa si Ayang?" Nafis menggebrak meja dengan keras tampak terkejut.

"Sakit jiwa! Stres dia dideketin lo mulu." Jawab Dina asal.

"Astagfirullah Denok, kamu ini berdosa banget." Nafis memegangi dadanya dan menatap Dina dengan tatapan merasa tersakiti.

Gentala AbrahamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang