16-[MPI]

10.8K 1K 63
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

****

"EY YOU LISTEN UP! NO MATTER WHAT THEY SAY! NO MATTER WHAT THEY DO! WE GO RESONATE! RESONTE! tuiitttttt!!!!!!"

Teriakan seseorang yang baru saja masuk ke dalam kelas membuat semua orang menutup telinga mereka serempak. Baru ingin mengeluarkan sumpah serapah, namun saat melihat siapa pelakunya, mereka menghela berat, ditegur bagaimanapun akan percuma.

"Subhanallah wani'mal wakil." Gentala memalingkan wajah menatap tembok di sampingnya, memejamkan mata dengan mulut yang terus mengucapkan kalimat dzikir.

Hampir sama dengan Gentala, Anggana memilih mengambil buku untuk menutupi wajahnya.

"Bukan temen gue." Ucap Anggana dalam hati.

"Males banget berbagi oksigen sama manusia kayak dia." Chandra bermonolog.

Namun, sang pelaku—Khairuddin Nafis Barbarossa— tampak tidak menyadari respon orang-orang di sana atas sikapnya. Siswa dengan head ban kuning cerah itu malah melangkah, menyusuri kelas dengan percaya diri.

"Eh, gue pulang dari Amrik, nih,  udah mirip Zayn Malik, belum?" Nafis bertanya pada siswi yang duduk di bangku paling depan.

Namun, siswi yang ditanya tadi tidak menjawab dan malah membuang wajah ke lain arah.

"Yeu! Jual mahal lo, Siti! Cuma gara-gara gue tolak pas kelas sebelas jadi musuh lo sama gue?" Nafis merasa tidak terima karena diabaikan.

Siti, nama siswi dengan rambut sebahu yang diikat itu lagi-lagi tidak menanggapi.

"Siti, lo serius gak kangen sama gue? Udah dua tahun, loh, kita kagak jumpa ini. Sambut, kek, kepulangan gue kemari!" Ujar Nafis merasa kesal.

"Diem, daripada kedatangan lo gue sambut pake sambit, mau?" Siswi bernama Siti itu akhirnya buka suara.

"Aelah, galak amat." Nafis mendengus putus asa, kemudian beranjak dari bangku Siti dan menghampiri teman-temannya.

"Pulang dari Amrik malah tambah prik. Masuk kelas tuh ucapin salam bukan malah teriak-teriak!" Ucapan sinis dari Chandra menyambut kedatangannya.

"Eh iya, Astaghfirullah! lupa gue! Oke, dah, ekhem-ekhem... ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH TEMAN-TEMANKU TERCINTA!! Semoga keselamatan diberikan atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan!" Nafis menyatukan kedua tangannya sambil membungkuk sopan, persis kayak mbak-mbak Teller bank syariah pas sambut nasabah.

"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab mayoritas siswa di sana.

"Eh, Nu, jawab salam gue kek!" Nafis menepuk pundak seorang siswa yang duduk tepat di sampingnya tapi tidak menjawab Salam.

"Gue Hindu."

"Oh iya Astagfirullah, lupa gue. Sorry, sorry."

Wisnu mengangguk pelan, dia tidak heran dengan perilaku Nafis yang seperti itu. Sejak dulu, Nafis memang dikenal orang yang aneh.

Baju seragam yang dibiarkan keluar dengan dua kancing teratas yang terbuka, memperlihatkan kaos nyentrik berwarna kuning cerah yang dipakainya. Almamater disampirkan pada bahu, dasi diikat di kepala, jangan lupakan sepatu futsal hijau muda dan kaos kaki merah menyala yang ia kenakan.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now