50-[MPI]

9.5K 921 33
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


****

Jeisya melambaikan tangannya pada Ayumi dan Gentala. Wanita 25 tahun itu sedikit berlari dari gerbang rumah sakit menghampiri anak-anaknya. Wajar Jeisya terlihat sangat senang.

"M-Mama ngapain di sini?" Ayumi mengerjap pelan. Gentala sama sekali tidak bercerita bahwa mereka akan menemui Jeisya hari ini.
"Biasa, periksa, nih." Jeisya mengusap perut rawatnya.

"M-Mama— Mama hamil?" Ayumi menatap Jeisya tidak percaya, ia kemudian menatap Gentala menuntut penjelasan. "Kok kamu gak cerita?"

"Lupa, Yang, lagian masalah kita kemarin runyam banget, mana sempet aku cerita tentang ginian." Ujar Gentala mencari alasan, namun hal itu membuat Jeisya melotot lebar.

"Heh! Ginian, ginian, adik kamu ini!" Marah Jeisya sembari memukul pelan lengan Gentala dengan katalog baju hamil di tangannya.

"Sakit, Ma, tega bangat anak sendiri dipukul-pukul, dikira nyamuk apa. Lagian yaudah sih, Ayumi juga udah tau sekarang." Ucap Gentala.

"Ish, gak boleh gitu sama Mama." Ayumi mencubit pinggang Gentala, membuat pria itu mengaduh.

"Sakit, Ayang! Aku tahu aku gemesin, tapi gak usah dicubit-cubit, gitu, cium aja." Ujat Gentala yang membuat gadis itu semakin merasa jengkel.

Atensi Ayumi kembali tertuju kepada Jeisya, ia memeluk ibu mertuanya itu dengan hangat.

"Mama selamat, ya, maaf, Ayumi belum sempat kasih hadiah apa-apa. Soalnya gak ada yang kasih tau." Ayumi melepas pelukannya pada Jeisya sembari melirik Gentala dengan sinis.

"Kebiasaan banget cewek, salahnya sekali, dibahasnya berulang-ulang." Ujar Gentala malas.

Gentala bukan tidak ingin memberitahu kabar ini pada Ayumi, ia sungguh-sungguh lupa. Jangankan memberitahu, terkadang Gentala bahkan tidak ingat dengan Jeisya yang sedang mengandung.

"Oh iya, Mama ke sini sendirian? Gak dianter sama Papa Reza?" Tanya Ayumi saat tidak melihat kehadiran ayah mertuanya di sini.

"Nggak, Papah kalian sibuk. Nyebelin banget, istri hamil muda masih aja sibuk sama kerjaan." Jeisya bersidekap dada dengan wajah kesal.

"Emang, lagian Papah ngapain segala punya anak lagi, sih? kan repot adiknya Genta, kalau udah gede manggil Papah apa, coba? Manggil Daddy ketuaan, masa manggilnya kakek?" Gentala menimpali.

"Kamu Papah sendiri dijulidin, heran." Jeisya mengibaskan tangannya, gerah sendiri dia punya anak bujang kok mulutnya julid banget.

"Mama jangan ngomong gitu, dong, hilang nih wibawa Genta di depan Ayumi." Misuh Gentala.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now