55-[MPI]

9.1K 850 74
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




****

"Kok akhir-akhir ini sering libur, ya?" Ayumi melirik Gentala yang tengah berkutat dengan laptopnya.

"Kok bisa ada orang yang nanya kayak gitu? Banyak libur itu mbok, ya, disyukuri, Dek, bukan malah ditanyain." Balas Gentala.

Ayumi menekuk wajahnya kesal.  Hari ini mereka berdua sudah kembali ke Penthouse karena Erlangga kembali ke apartemennya. Ardian sudah dipenjara, Willona masuk rumah sakit jiwa, rasanya tidak ada lagi orang yang mengancam keselamatan Erlangga. Terlebih, keadaan pria itu juga semakin membaik.

"Aku dapat kabar katanya Willona masuk rumah sakit jiwa, emangnya bener?" Tanya Ayumi  bersandar pada lengan kekar pria di sampingnya.

"Kayaknya sih, iya. Kemarin kata pengacara dia emang ada di RSJ di daerah Bandung." Jelas Gentala.

Ayumi mengangguk paham.

"Kasian, ya, dia." Wajah Ayumi nampak sedih.

Gentala tidak menanggapi, entah kenapa hatinya terus diselimuti perasaan tidak baik sejak kemarin. Terlebih untuk urusan Willona. Ada satu titik dalam hatinya yang mengatakan bahwa Willona tidak benar-benar sakit, mungkin saja dia melakukan semua ini hanya untuk mengindari jeratan hukum.

"Kamu tenang aja, kalau dia salah pasti dia akan dapat hukuman yang setimpal." Ujar Gentala, hal itu membuat Ayumi menoleh cepat padanya.

"Jangan! Cabut aja laporannya, kasian, Willona biar fokus sembuh dulu. Kasian juga orang tuanya, masa anaknya udah masuk rumah sakit jiwa masih tetep mau dilaporin ke polisi?"

"Iya kalau beneran sakit, kalau pura-pura sakit giman—aw! Sakit, Ayang." Gentala meringis ketika Ayumi mencubit punggung tangannya.

"Jangan suudzon sama orang!" Misuh Ayumi.

"Ya maaf, lagian dia itu udah jahat banget sama kamu, Sayang, sampai mau lukain dia." Gentala mengusap perut rata Ayumi dengan lembut.

Willona sepertinya tahu bahwa saat itu Ayumi tengah mengandung, karena itu ia melukai perut Ayumi dengan menginjaknya. Segala puji bagi Allah, bayi yang ada di dalam kandungan Ayumi baik-baik saja. Gentala merasa sangat marah, berani-beraninya Willona melakukan hal itu.

"Willona itu gak jahat, dia cuma buta sama rasa sukanya sama kamu. Orang kalau udah cinta, terus gak pake iman, bisa gila, Ta." Balas Ayumi.

"Lagian, aku pernah denger nanti di Yaumil hisab, ada orang yang dia banyak dosa dan gak punya amal sama sekali. Satu-satunya amal kebaikan yang dia punya adalah mudah memaafkan kesalahan orang lain." Ayumi menjeda kalimatnya.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now