46-[MPI]

7.7K 837 21
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

"Mama, hiks! Mama!"

"Mama, bangun! Mama!"

"Papa jahat! Papa bikin Mama gak bangun! Papa sama Tante Yulia jahat! Hiks, Mama bangun..."

Erlangga mencengkram kuat selembar foto di tangannya, melihat pada sosok wanita cantik yang tengah tersenyum manis di sana. Dada Erlangga seketika begitu sesak, air matanya jatuh begitu saja. Peristiwa kelam itu, kembali terlintas dalam benaknya.

Bagai luka kering dan kembali dikoyak, ditaburi garam dan disiram air mendidih. Pedih, rasanya begitu sakit dan menyesakkan dada. Melihat sang ibu yang terbaring tanpa nyawa tepat di hadapan mata kepalanya, adalah pemandangan yang paling mengerikan sepanjang hidup Erlangga.

Dengan gemetar, Erlangga merobek foto sang ayah yang berdampingan dengan ibunya.

"Lo harus hancur, Ardian, harus!" Erlangga membuang sobekan kertas itu, lalu menginjak-injaknya.

Pria seperti Ardian tidak pantas bersanding dengan ibunya. Dia iblis!

Setelahnya, Erlangga  membuka ponselnya, lalu memindahkan dari flashdisk yang ia miliki ke dalam ponsel tersebut menggunakan on the go.

"PERIKSA DI SEKITAR SINI!"

Mendengar suara ajudan ayahnya menggema, Erlangga berdecak kesal. Ia segera beranjak dari tempat duduknya dan berlari menuju keramaian.

"Dasar tikus penjilat!" Desis Erlangga dalam hati.

Merasa kebingungan mencari tempat bersembunyi, Erlangga pun memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Setelah memasuki salah satu bilik kamar mandi tersebut, Erlangga segera menguncinya dari dalam.

Erlangga berada di bandara saat ini. Erlangga berencana untuk pergi ke satu tempat yang jauh. Namun, sebelum itu ada satu tugas yang harus ia selesaikan terlebih dahulu.

"Ck! Cepet!" Erlangga hampir membanting ponselnya karena transfer data yang sangat lama.

Erlangga harus mengirimkan semua data itu kepada seseorang. Kerja kerasnya selama hampir sepuluh tahun tidak boleh sia-sia. Erlangga harus bisa membalaskan dendam ibunya dan membuat manusia-manusia biadab itu mendekam di penjara.

"SEMUA YANG ADA DI SINI, KELUAR! ADA ORANG ASING YANG MEMBAWA BAHAN PELEDAK!"

Teriakkan seseorang itu membuat Erlangga berdecak. Bahan peledak katanya? Hah! itu hanya pengalihan! Mereka ingin memancing semua orang keluar dari sini agar bisa melakukan apapun pada dirinya. Tipu muslihat yang sangat menjijikkan.

Gentala AbrahamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang