41-[MPI]

7.5K 843 51
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****

Ayumi tidak sekolah hari ini, dia bersama Bunda nya mengantar salah satu adiknya kembali ke pesantren. Jadi gini ya rasanya jadi jomblo kayak Chandra, nelangsa banget.

"Gentala!"

Langkah Gentala tidak terhenti, ia tetap berjalan melewati koridor, tidak mau menoleh ke asal suara yang ia tahu milik siapa.

"Ish! Genta!" Kesal karena tidak direspon, Willona menarik tangan kanan Gentala, namun Gentala segera menghempasnya dengan kuat.

"Apa, sih?!" Suara Gentala meninggi.

Hal itu membuat Willona sedikit terperanjat, mengingat ini adalah kali pertama Gentala meninggikan suaranya.

"A-aku mau bicara." Ujar Willona, ia berusaha untuk tetap terlihat tenang.

"Bicara apa lagi? Kalau lo mau bahas tentang perjodohan konyol itu, lebih baik gak usah karena sampai kapanpun gue gak akan ninggalin Ayumi." Gentala menatap Willona dengan tajam.

"Ck, kamu kenapa keras kepala banget, sih? Itu kan juga kemauan Mama kamu!" Sentak Willona.

"Berhenti bawa-bawa soal Mama, gue tau lo minta Om Ardi buat maksa Mama supaya suruh gue tunangan sama lo." Balas Gentala yang membuat Willona nampak terkejut.

"K-kamu tahu dari mana?"

"Gue tau semuanya, Willona." Gentala tersenyum miring.

"I-itu gak seperti yang kamu kira—"

"Memang, awalnya gue kira lo orang baik, tapi ternyata, gue salah besar." Ujar Gentala.

"Aku gak gitu! Aku lakuin itu karena aku sayang sama kamu. Aku mohon, Gentala, kasih aku kesempatan." Suara Willona mulai bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.

"Nggak." Jawab Gentala dengan tegas.

"Oke! Kalau kamu gak mau sama aku, aku akan bikin kamu menyesal seumur hidup, Gentala! Mama kamu Minggu depan harus operasi, dan aku pastikan dia gak akan mau operasi sebelum kamu menerima perjodohan ini!"

Gentala terkejut mendengarnya.

"Lo jangan ngarang." Ia menatap Willona tajam.

"Aku gak ngarang, kalau kamu gak percaya pergi aja ke rumah sakit, tanya sama dokter di sana." Willona mengangkat dagunya dengan angkuh.

Prok! Prok! Prok!

Gentala dan Willona sontak menoleh pada sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari tepukan tangan Chandra dan Nafis, sementara di belakang mereka terlihat Anggana, Satria, dan juga Renka.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now