29-[MPI]

7.3K 813 23
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Mama

Suami saya mengundang kamu ke rumah.
T

api datang sendiri.
Jangan bawa gadis kampungan itu.

Itulah sederet pesan yang tidak sengaja Ayumi baca pada ponsel milik Gentala. Ayumi tersenyum miris, ternyata setidak suka itu Yulia kepadanya?

"Mama udah pulang dari rumah sakit?" Ayumi bertanya kepada Gentala yang tengah mengeringkan rambutnya di depan cermin.

"Kamu tahu darimana?" Gentala segera berbalik badan.

Ayumi beranjak dari kursi belajar yang ia duduki dan menghampiri Gentala.

"Ada pesan dari Mama." Ayumi memperlihatkan pesan yang dikirim Yulia sebelumnya.

Gentala meraih ponsel tersebut. Gentala tertegun saat membaca pesan yang tertera di sana.

"Sayang..." Gentala sangat merasa tidak enak. Ayumi pasti sedih sekali membaca pesan itu.

"K-kamu mau pakai baju yang mana? biar aku siapin." Ayumi hendak segera pergi dari sana, tapi Gentala menahan pergelangan tangannya.

"Gak usah, aku gak dateng. Aku gak akan pergi kemana pun kalau gak sama kamu." Ujar Gentala dengan tegas.

"Gak boleh gitu, Ta. Gak baik nolak ajakan orang tua." Ayumi mencoba memberi pengertian.

Ayumi tidak mau Gentala sampai tidak memenuhi undangan itu hanya karena dirinya. Ayumi takut hal itu malah akan membuat Yulia semakin membencinya. Yulia pasti berpikir Gentala lebih mementingkan Ayumi daripada ibunya sendiri.

Menyadari maksud perkataan Ayumi, Gentala hanya bisa menghela berat.

"Kamu serius? Gak papa kalau aku pergi ke sana?" Gentala kembali bertanya memastikan.

Ayumi mengangguk cepat.

"Serius!" Ayumi mengangkat jari tengah dan telunjuknya dengan senyum manis di wajahnya.

Gentala tahu, ada luka yang tersembunyi dibalik senyum manis itu. Ayumi hanya berpura-pura. Tidak mungkin gadis itu merasa baik-baik saja.

"Yaudah, aku berangkat." Ucap Gentala pada akhirnya.

Ayumi tersenyum manis.

"Ayo, aku bantu pilihin bajunya!" Ayumi menarik tangan Gentala menuju walk in closet. Gentala pun mengikutinya tanpa banyak protes.

Melihat bagaimana tulus kasih sayang Ayumi pada ibunya, Gentala merasa tersentuh. Walaupun diperlakukan dengan buruk, Ayumi tetap selalu berusaha menjaga perasaan ibunya.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now