51-[MPI]

8.4K 924 30
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


*****

Hari ini, Erlangga sudah diperbolehkan pulang. Sesuai perkataan Gentala kemarin bahwa dirinya akan menetap sementara di mansion milik Rezarian. Setidaknya, sampai Ardian benar-benar dijebloskan ke dalam penjara.

"Thanks." Ucap Erlangga pada Gentala yang memberikan segelas minuman kepadanya.

"Sama-sama." Balas Gentala, kemudian  menumpu lengan pada pembatas balkon kamar Erlangga.

Keduanya tiba di sini tadi pagi. Erlangga menempati kamar yang Gentala tempati dulu, sedangkan Gentala dan Ayumi berada di kamar tamu.

"Gue mau tanya sesuatu." Erlangga tiba-tiba berujar.

"Tanya aja." Jawab Gentala.

"Lo gak benci sama gue?"

Pertanyaan Erlangga tersebut membuat dahi Gentala berkerut.

"Benci? Kenapa gue harus benci?" Gentala menatap sang kakak dengan tatapan tak paham.

"Gue udah jahat sama lo, apalagi?" Erlangga tersenyum kecut.

Alih-alih menjawab, Gentala malah tertawa. Gentala berbalik badan, kemudian menyandarkan punggung pada pagar pembatas itu.

"Salah satu kasih sayang Tuhan yang paling besar itu diberikan kepada pendosa." Ujar Gentala.

"Maksud lo?"

"Dulu, ada raja yang dzalim, dia membunuh anak laki-laki dan memperbudak anak perempuan. Bukan cuma itu, dia bahkan ngaku sebagai tuhan dan suruh rakyatnya sembah dia. Tapi, manusia sejahat itu pun gak luput dari kasih sayang Tuhan."

"...Saking sayangnya Tuhan sama dia, Tuhan utus dua orang Nabi sekaligus. Kalau Tuhan gak sayang sama dia, yang dikirim itu bukan Nabi, tapi langsung azab. Itu artinya, sejahat apapun manusia, pasti tetap mendapatkan kasih sayang Tuhan dan mendapat kesempatan untuk jadi lebih baik lagi."

"... Kalau Tuhan aja sesayang itu sama seorang pendosa, siapa gue yang membenci seseorang cuma karena kesalahan yang pernah dia lakuin? sedangkan gue sendiri gak terlepas dari dosa, lancang banget." Gentala tertawa kecil.

Perkataan Gentala membuat Erlangga terdiam sepenuhnya. Erlangga tidak pernah mendengar sudut pandang seperti itu sebelumnya. Sudut pandang yang unik dan berbeda dari kebanyakan manusia. Dari mana Gentala memperoleh sudut pandang seperti itu?

"Ah, ya, ngomong-ngomong, kenapa lo tiba-tiba kasih tahu gue kalau Mama cuma pura-pura sakit?" Gentala bertanya tiba-tiba.

Gentala penasaran. Ia hanya ingin tahu apa yang membuat sikap Erlangga berubah 180 derajat? Gentala tahu betapa Erlangga sangat membencinya, tidak mungkin rasa benci itu terkikis begitu saja jika bukan karena sesuatu. Sesuatu yang besar, hingga membuat hidup Erlangga seketika berubah.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now