47-[MPI]

7.6K 857 43
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



*****

Luka yang diderita oleh Erlangga cukup parah. Pria itu mendapat luka tembak di punggung bagian kanan, luka tusuk yang mengenai usus dan hampir merobek ginjalnya. Luka bekas jeratan tambang di leher, luka pukulan benda tumpul di kepala, dan luka patahan pada tulang keringnya membuat kondisi Erlangga kian memperihatinkan.

"The real Hulk, gimana bisa dia masih hidup dengan luka sebanyak itu?" Chandra menatap pintu unit gawat darurat tidak percaya.

"Pasti ada hal penting yang mau dia sampein sampai rela datang ke tempat lo dalam kondisi kayak gitu." Ujar Nafis pada Gentala.

"Dia bicara soal pesan, tapi pesan apa? gue gak ngerti." Gentala mengusap surainya frustasi.

"Dia chat lo kali." Chandra menebak.

"Hp gue lowbat waktu perjalanan ke sini." Balas Gentala yang membuat Chandra berdecak.

"Charge dulu sono! Pasti isi chat itu bener-bener penting." Chandra memerintah.

"Sini, biar sekalian gue tungguin." Nafis berdiri dari tempat duduknya.

"Thanks, Fis."

"Hm." Nafis mengambil ponsel milik Gentala dan mencari tempat untuk mengisi daya ponsel itu. Nafis yakin ada sesuatu yang penting di sana, akan sangat beresiko jika ponsel itu ditinggal begitu saja.

"Kira-kira, siapa yang tega lakuin itu sama Erlangga?" Chandra kembali membuka suara.

"Gue curiga pelakunya Om Ardi." Ujar Gentala.

Entah kenapa nama ayah tirinya itu terus terlintas dalam benaknya. Gentala tidak ingin berburuk sangka, tapi ia yakin bahwa Ardian lah pelakunya.

"Biadab banget tuh manusia, masa sama anak sendiri tega?" Chandra tak habis pikir.

"Stress mungkin." Anggana membuka suara.

"Maksud Lo?"

Anggana mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saku, kemudian menunjukkan foto berisi tangkapan layar dari headline berita hari ini.

"Ck, ribet amat hidup lo, butuh berapa detik buat lo buka hp, terus buka sandi, terus buka galeri? Kenapa lu gak bilang aja kalau perusahaan bokapnya Erlangga terancam bangkrut gara-gara gak jadi kerjasama sama perusahaan bokapnya Willona? Kan lebih singkat, gitu lo maksud gue." Chandra menatap Anggana.

"Jadi kerjasama perusahaan itu ada hubungannya sama Gentala?" Satria mengerjap bingung.

"Gila juga si Willona, segitu naksirnya sama Gentala sampai libatin perusahaan bokapnya." Chandra geleng-geleng kepala.

Gentala AbrahamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang