09-[MPI]

14.8K 1.5K 30
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Gentala membuka pintu kamar berwarna coklat tua, ia mendapati kehadiran Satria dan Anggana yang sedang duduk di atas sofa. Sementara di atas tempat tidur, terlihat Chandra yang tengah terbaring dengan banyak luka di sekujur tubuhnya.

"Lo kenapa gak ke rumah sakit?" Tanya Gentala saat melihat luka Chandra cukup parah.

"Tadi udah aku bawa ke rumah sakit, tapi Chandra malah minta pulang." Satria mengadu.

"Masalahnya lo bawa gue ke rumah sakit jiwa, Sat!"

"Kan tadi Chandra sendiri yang bilang mau dibawa ke rumah sakit punya Om Wowo." Jelas Satria.

Satria merasa tidak terima Chandra menyalahkannya. Padahal, Chandra sudah setuju untuk dibawa ke rumah sakit pamannya tadi.

"Ya lo gak bilang kalau Om lo itu dokter jiwa!"

"Tapi kan sama-sama dokter, kata Mama Om Wowo juga pernah sekolah kedokteran biasa sebelum jadi dokter jiwa." Satria berdalih.

"Kagak gitu juga konsepnya!"

"Dimarahin terus." Satria memberengut kesal.

"Emang pantes Lo dimarahin!" Bentak Chandra, sudah hampir habis kesabarannya.

Bibir Satria semakin melengkung turun. Pria dengan hoodie kuning itu memilih diam. Padahal niat Satria itu baik, ia hanya ingin Chandra mendapat pertolongan secepatnya. Rumah sakit milik Om nya lah yang paling dekat dengan posisi mereka saat itu.

"Lo berantem sama siapa?" Gentala memulai konversasi serius di antara mereka.

Sekitar pukul tujuh tadi Gentala mendapatkan pesan dari Satria jika Chandra bertengkar dengan seseorang hingga terluka.

"Temennya Erlangga." Jawab Chandra malas.

"Siapa?" Dahi Gentala berkerut penasaran.

"Yang mukanya mirip berang-berang."

"Namanya Artaka, jangan manggil orang lain dengan sebutan yang buruk, kata Mama itu dosa." Satria menyahut pembicara Chandra dan Gentala.

"Siapa yang manggil pake nama buruk? kan emang bener muka dia mirip berang-berang!" Balas Chandra sewot.

"Chandra, kata Mama kalau diingetin sama orang kita harus berterimakasih, bukan malah dimarah-marahin." Ujar Satria. Jari telunjuknya bergerak tengah memberi petuah.

"Bilangin sama nyokap lo gue udah tau, gak perlu diingetin!" Tukas Chandra tak mau mendengar.

"Udah tau kok masih dilakuin? Kata Mama kalau orang tau itu salah tapi masih dilakuin itu namanya orang yang fasiq. Allah gak suka sama orang fasiq, nanti mereka gak akan dikasih petunjuk lagi sama Allah, ihh... Serem!!!" Satria bergidik ngeri.

Gentala AbrahamWhere stories live. Discover now