37-[MPI]

7.7K 747 54
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Gentala dan Ayumi datang ke sekolah bersama, tepat sebelum bel masuk berbunyi. Hal itu tentu menjadi perbincangan satu sekolah.

Ayumi sudah meminta berangkat sendiri, namun Gentala tidak menghiraukannya dan memaksa agar mereka tetap berangkat bersama. Suasana hati Gentala sangat tidak baik, jadi Ayumi tidak ada pilihan lain selain mengikuti permintaan pria itu.
Sesampainya di kelas, beberapa orang siswi langsung mengerubungi tempat duduk Ayumi.

"Ayumi, what the— lo berangkat bareng Gentala?" Tanya teman sekelas mereka—Soraya.

Ayumi hanya tersenyum canggung.

"I-iya."

"Kok bisa? Jangan bilang kalau gosip kalian pacaran selama ini emang bener?" Tanya gadis yang lain, Thalia.

Ayumi menunduk, ia tidak memiliki alasan untuk mengelak. Sudut mata Ayumi melirik pada Gentala yang juga tak kunjung membuka suara. Pria itu hanya duduk tenang di kursinya dengan earphone yang ada di kedua telinganya.

"Udah gue duga, sih. Emang dari awal Gentala keliatan tsundare sama lo." Soraya melipat tangannya di depan dada, menatap Ayumi sinis.

Sudah menjadi rahasia umum jika Soraya memang menyukai Gentala. Gadis itu bahkan selalu mendekati Gentala dengan terang-terangan, hanya saja Gentala tidak pernah menggubrisnya.

"Jangan-jangan gosip yang lo pindah ke kelas ini gara-gara Gentala bener juga, lagi? Secara kan nilai Lo pas-pasan, mana bisa masuk kelas unggulan kayak gini." Ujar Thalia, teman sebangkunya.

"Pindah."

Ketiga siswi itu langsung terpelanjat saat Gentala menendang kaki kursi yang diduduki Thalia.

"A-apasih, Genta, ini kan bangku gue." Ujar Thalia, berusaha menutupi rasa takutnya.

"Gue duduk sama Ayumi mulai hari ini." Ucap Gentala tegas.

"G-gak mau, gue—"

Brak!

Gentala membanting keras tas ranselnya ke atas meja hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.

"Gue bilang pindah, ya, pindah!"

Bentakkan Gentala yang terbilang keras membuat seisi kelas mendadak hening. Tidak ada yang pernah melihat sisi Gentala yang seperti ini.

Selama ini mereka hanya tahu jika Gentala adalah seorang yang ramah dan ceria. Tidak terbayang dalam benak mereka jika Gentala akan berani membentak seorang perempuan di depan umum.

Gentala AbrahamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang