21-[MPI]

9.6K 969 17
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Assalamu'alaikum Neng Siti!" Nafis menyapa gadis berambut sebahu itu dengan ceria.

"Waalaikumusalam." Siti menjawab, nadanya sangat ketus hingga membuat Nafis mendengus.

"Jangan galak-galak napa Ti, ntar gue pindah ke lain hati nangis kejer lu semaleman." Nafis duduk di samping Siti, gadis yang sedang duduk seorang diri itu.

Teman-temannya yang melihat dari kejauhan hanya geleng-geleng. Sudah kering mulut mereka menasehati Nafis agar tidak terlalu sering mengganggu Siti, tapi bukan Nafis namanya kalau tidak keras kepala.

"Kenapa si Nafis gak bisa move on dari tuh cewek? Padahal, yang lebih cakep dari dia banyak." Chandra menguyah mie ayam di mulutnya sambil menatap Nafis dengan heran.

"Chandra, kata Mama kalau lagi makan gak boleh sambil ngobrol. Kalau mau ngobrol makanannya harus ditelan dulu, nanti keselek." Satria memperingati.

"Cantik itu relatif, Chan." Renka menimpali.

"Cewek yang menurut lo cantik, belum tentu di mata orang lain menarik." Gentala pun setuju.

"Ti, nanti pas lulus sekolah langsung gue lamar mau, ya? Kita nikah muda, gak usah khawatir soal nafkah, perusahaan mebel bokap gue udah ada cabangnya, ntar cabang yang baru gue yang urus. Lo tenang aja, masa depan lo terjamin kalau nikah sama gue!" Ucap Nafis dengan semangat 45!

"Males, lo jelek."

"Kalau gue cakep, selera gue bukan elu. Jenni Blackpink noh gue gebet." Jawab Nafis kesal.

"Gue sih kalau dikatain jelek sama mbak crush ya mundur! Bukannya ngeyel."

Ucapan sarkas dari Chandra membuat Nafis menatapnya tajam.

"Diem lu! Lagian, kalau gue jelek lo apa, hah?" Sungut Nafis.

"Eh! Astaghfirullah! Nafis! Kata Mama gak boleh jelek-jelekin temen sendiri, apalagi bawa-bawa masalah fisik. Fisik itu pemberian Allah, kalau kita hina ciptaan Allah, sama aja kita menghina Dzat Yang Menciptakannya, naudzubillah. Lagian Chandra itu ganteng, kok, cuma kurang putih aja."

Kalimat terakhir Satria itu disambut gelak tawa seluruh siswa yang ada di kantin, kecuali Chandra yang tentu mendengus kesal mendengarnya.

"Emang kenapa kalau gue kurang putih? Lagian sejak kapan kemuliaan seseorang ditentuin sama warna kulit, gue tanya?" Ujar Chandra membela diri.

"Gue kan udah bilang, cantik sama ganteng itu relatif. Gak ada definisinya, kita aja yang sekarang terlalu berkiblat sama satu kalangan. Padahal, definisi good looking di setiap tempat beda." Renka menyambung.

Gentala AbrahamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang