BAB 5

6.2K 449 1
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote dan enjoy bacanya ya guys!

.

.

.

Winter melihat ayah dan stepsister nya itu, dia menghela nafasnya lalu memegang erat tangan Karina.

Mereka bertemu dan Vasya tersenyum melihat Winter memakai jas pernikahan disana. Dia memegang kedua bahu Winter lalu memeluknya.

"Selamat atas pernikahanmu" ucap Vasya.

"Terimakasih" ucap Winter.

Setelah ayahnya selesai memeluknya, Jennie hendak memeluknya juga tapi Winter mundur disana. Dia masih belum bisa menerima keberadaan dan mengakui Jennie sebagai adiknya.

Jennie tersenyum lalu memeluk Karina, dia mengucapkan selamat atas pernikahan mereka dengan senyuman yang cantik.

Karina juga bingung kenapa Winter sangat membenci Jennie sebegitunya, padahal dia melihat jika Jennie terluka karena ulah Winter yang selalu berbicara "anak haram" pada adiknya itu.

"Nikmatilah pestanya, aku tidak bisa menemani kalian" ucap Winter.

"Baiklah, sapa tamu mu" ucap Vasya.

Winter menarik Karina pergi dari sana dan berjalan kearah Giselle yang sedang berduaan dengan Ningning.

"Kau baik-baik saja?" Ucap Giselle.

Dia melihat Winter berbicara dengan bos besar serta Jennie. Dia tahu pasti Winter merasa campur aduk ketika melihat mereka.

"Tentu. Halo Ningning, bagaimana kabarmu" ucap Winter.

"Aku baik, aku sangat bersyukur karena kau sudah menikah. Jadi aku tidak perlu menjadi objek ancaman pembunuhan dari ayahmu itu" ucap Ningning.

Apa?

Ancaman pembunuhan?

Karina menatap Winter dan Giselle. Meminta penjelasan atas perkataan Ningning tadi, dia sungguh merasa dicurangi karena tidak tahu apa-apa disini.

Giselle mencubit lengan Ningning pelan karena tidak bisa mengontrol kata-kata yang keluar dari mulut kekasihnya itu.

"Winter! Davayte vyp'yem! My zhdali!" Teriak teman mafia Winter.

Hampir saja dia lupa dengan tradisi mereka jika menikah. Meminum champagne khusus yang dibuat oleh teman-temannya.

Mereka mengambil gelas dan menuangkan champagne yang dibuat oleh teman-temannya itu. Mereka belum minum karena sang tuan rumah alias Winter dan Karina belum menyuruh mereka minum.

Winter mengangkat gelas berisi champagne itu, Karina bingung harus ikut mengangkat gelasnya atau tidak. Dia hanya mengangkat sedikit disana.

"Terimakasih sudah membuat champagne ini! Satu tegukan!!" Teriak Winter.

"Wooooo!!!!!!!!!!!!"

Mereka meminum champagne itu dengan sekali tegukan. Mereka tertawa lalu memutar musik dan berdansa bersama.

Karina belum memperhatikan para tamu karena masih sibuk meminum champagne yang enak itu. Jujur saja, ini pertama kalinya dia meminum minuman mahal seperti ini.

"Kau menyukainya?" Ucap Winter.

"Ya, rasanya enak" ucap Karina.

"Ingin berdansa?" Ucap Winter.

"Aku tidak bisa" ucap Karina.

"Tinggal ikuti gerakanku saja" ucap Winter.

"Tidak" ucap Karina.

Winter menghela nafasnya dan mengalah. Dia juga harus sadar jika Karina tidak senang dengan pernikahan yang dia paksakan ini.

Jujur saja, dia juga tidak tahu kenapa dia sangat ingin menikahi Karina sampai mengancam wanita itu saking ingin sekali menikahi Karina.

Dia gil.

Mungkin.

"Aku kesana dulu" ucap Winter.

Karina hanya mengangguk disana. Winter pergi kearah Giselle dan berbicara sesuatu yang sepertinya serius disana.

"Sebenarnya mereka siapa dan kenapa mereka seperti ini?" Ucap Karina bingung.

Lalu Jennie mendekat kearahnya lalu duduk disampingnya. Ah, ini dia yang dia takutkan. Ditinggalkan sendirian bersama Jennie, adik tiri yang tidak disukai Winter.

"Bisakah aku tahu namamu?" Ucap Jennie.

"Aku Karina" ucap Karina.

"Nama yang bagus, aku Jennie. Adik Winter" ucap Jennie.

Karina hanya tersenyum dan mengangguk saja disana. Mereka mengobrol canggung karena mungkin belum akrab saja.

"Bisakah kau membujuk Winter untuk menerimaku? Sudah puluhan tahu kami memiliki hubungan yang buruk dan tidak berubah sampai sekarang" ucap Jennie.

"Aku tidak tahu harus bagaimana, aku baru mengenalnya. Tapi jika bisa aku akan mengatakan itu padanya" ucap Karina.

Jennie tersenyum mendengar itu.
"Terimakasih banyak kakak ipar" ucap Jennie.

Setelah itu Jennie turun kebawah dan menemani Vasya, ayah mertuanya yang duduk dengan rekan winter lainnya.

Dia seperti terasingkan disana.

Karina membawa gelas berisi champagne yang sudah disiapkan pelayan dan meminumnya.

Saat sedang minum, tiba-tiba....

Bang!!!

Terdengar suara tembakan.

Orang-orang berteriak dan berhamburan pergi dari sana. Winter dan Giselle yang sedang berbicara itu langsung berbalik dan melihat sekeliling, mencari dimana sumber suara tembakan itu.

"Winter! Karina!" Teriak Giselle.

Winter berbalik dan melihat Karina yang sedang memegang gelas yang sudah pecah karena peluru yang ditembakkan oleh seseorang tadi.

"Karina!!!!" Teriak Winter.

Dia langsung berlari kearah Karina dan memegang kedua bahu Karina yang membatu itu. Serpihan kaca mengenai wajah Karina dan membuatnya berdarah.

Fuck!

"Hey! Karina!" Teriak Winter mencoba menyadarkan Karina yang masih terdiam itu.

Winter melihat sekelilingnya, dimana anak buahnya sedang melindunginya dan Karina sementara yang lain mencari pelakunya.

Lalu dia melihat di gedung sebrang, ada siluet seseorang dan moncong sniper.

"Gedung sebrang, Giselle" ucap Winter.

Giselle langsung berlari bersama yang lainnya, meninggalkan Ningning yang sedang bersembunyi dibawah meja sendirian.

Saat sedang melihat sekeliling, tiba-tiba Karina terjatuh dari duduknya. Rupanya Karina pingsan.

Winter menggendong Karina masuk kedalam, dia harus menidurkan Karina terlebih dahulu sembari menunggu laporan Giselle di gedung sebrang.

"Fuck! Kenapa sekarang?" Ucap Winter.

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang