BAB 60

2.9K 268 4
                                    

"apa maksudmu! Bukankah kau bilang semuanya akan baik-baik saja sekarang?! Kenapa kau berbicara seperti itu huh?!" Ucap Winter marah.

"Waktu itu memang baik-baik saja, tapi semakin besar janin yang dikandung Karina membuat luka dalam yang ada di rahimnya semakin memburuk" ucap dokter.

Huh?

Winter berdebat dengan dokter. Dia masih belum terima mendengar jika anaknya harus dihilangkan begitu saja meskipun sebelumnya dikatakan baik-baik saja.

Mungkin karena berisik, Karina jadi terbangun saking gandengnya. Karina terdiam mendengar percakapan antara Winter dan kedua dokter itu.

"Di gugurkan?" Ucap Karina pelan.

Mereka bertiga menoleh kearah Karina.

Winter menghela nafasnya.
"Kita bicarakan ini di ruanganmu" ucap Winter.

"Tidak! Katakan itu disini!" Teriak Karina.

Dokter menatap Winter, meminta persetujuan Winter. Winter menghela nafasnya kasar dan berbalik, membuat Karina semakin tidak tenang.

"Luka yang disebabkan saat kehamilan pertamamu membuat luka cukup dalam pada rahimmu, jika bayi yang kau kandung membesar maka luka itu akan semakin membesar. Jika itu terjadi, sesuatu yang buruk akan terjadi. Pilihan terbaik sekarang adalah mengugurkan bayinya" ucap dokter.

"Tidak bisa dijahit saja? Masalah beres bukan?" Ucap Karina.

"Luka itu berada di bagian dalam, sangat susah dan beresiko jika dilakukan. Jika gagal, kau yang bisa tiada. Aku tahu jika ini sangat berat untukmu, kau menunggu dalam waktu yang lama untuk mendapatkan seorang bayi lagi tapi sekarang... Sepertinya kau tidak bisa, Karina. Maafkan aku" ucap dokter.

Karina diam mendengar itu.
Nafasnya tercekat mendengar kenyataan pahit yang dikatakan dokter, bayinya harus dihilangkan?

Kenapa?
Setelah sekian lama dia menunggu, saat bayinya datang... Kenapa dia harus pergi lagi?

Kenapa Tuhan?

"Lakukan itu" ucap Winter.

Mereka berdua menatap Winter.
"Apa maksudmu?" Ucap Karina.

Jangan bilang...

"Kita gugurkan bayi itu" ucap Winter.

"Tidak! Aku tidak mau!" Teriak Karina.

Winter menatap Karina.
"Itu pilihan terbaik, Karina. Aku tidak mau kau kenapa-napa lagi, lebih baik kita tidak memiliki anak jika aku harus kehilanganmu seperti itu" ucap Winter.

What?
Apa yang baru saja dia dengar?

"Bayinya ada didalam tubuhku! Aku juga berhak memutuskan, Winter! Dan aku tidak ingin melakukan itu! Tidak akan pernah!" Teriak Karina.

"Karina!!!" Teriak Winter.

Hening.

Karina menatap Winter dengan mata yang berkaca-kaca, dia tak menyangka jika Winter akan melakukan itu dan berteriak padanya seperti itu.

Winter menghela nafasnya. Dia mendekat dan duduk dipinggir kasur dan memegang tangan Karina.

"Tolong, aku tidak bisa melihatmu kesakitan lagi. Tidak lagi, aku tidak ingin. Ikuti ucapanku, mengerti?" Ucap Winter.

"Kau yang tidak mengerti! Kau! Kau!" Teriak Karina yang mulai menangis.

Winter berdiri disana.
"Kapan operasinya bisa dilakukan?" Ucap Winter.

"Besok juga bisa, hari ini dia akan menjalankan pemeriksaan" ucapnya.

Tidak.
Dia tidak mau.
Tidak mau, Karina tidak mau.

Setelah memutuskan sepihak itu, dokter keluar untuk mempersiapkan semuanya dari sekarang.

"Winter!!!! Dasar brengsek!!!!" Teriak Karina keras.

Karina mulai mengamuk disana. Dia berteriak-teriak dengan keras sembari menjambak rambutnya sendiri karena kesal dengan Winter.

Winter memeluk Karina dan menahan tangan Karina, mungkin karena tenaga Winter lebih besar jadi Karina bisa diredam disana.

"Lepaskan! Dasar brengsek! Kau ingin membunuh anakmu sendiri?!" Teriak Karina marah.

"Aku tidak mau mengambil resiko, Karina. Kau mengerti itu bukan?" Ucap Winter.

"Aku tidak mengerti dengan pikiranmu itu! Aku bisa terus membawa bayi ini didalam tubuhku! Aku sanggup dan tidak akan mati!" Ucap Karina.

"Tidak! Kau dengar ucapan dokter? Resikonya terlalu tinggi! Aku tidak mau apa yang dikatakan dokter menjadi kenyataan, jadi turuti perintahku" ucap Winter.

"Kau egois! Kau tidak mempedulikan perasaanku! Kenapa kau melakukan ini!! Kenapa!!!!" Teriak Karina.

"Ya! Aku egois! Aku egois karena tidak ingin kehilanganmu gara-gara bayi ini! Kau dengar itu?!" Ucap Winter yang mulai terpancing emosinya.

Karina menatap Winter dengan air mata yang turun dari mata cantiknya itu, dia menangis. Kesal, marah, sedih, semuanya bercampur sekarang.

"Aku tidak mau, aku tidak ingin kehilangan bayi lagi. Aku ingin melahirkannya ke dunia, Winter" ucap Karina sesegukan.

Winter memeluk Karina erat.
"Aku tahu sayang, tapi kita tidak bisa memaksakan. Kau yang bisa dalam bahaya jika terus dilanjutkan, aku tidak ingin itu terjadi" ucap Winter.

Karina melepaskan pelukan Winter.
"Keluar" ucap Karina.

"Karina" ucap Winter.

"Tolong, aku ingin sendirian sekarang" ucap Karina bergetar.

Winter menghela nafasnya.
"Baiklah, jika ada sesuatu segera panggil aku, aku ada didepan menunggumu" ucap Winter.

Karina tidak menjawab.

Sebelum keluar, Winter melihat Karina yang menatap kosong. Dia memegang erat gagang pintu yang digenggamnya.

Tindakannya benar bukan?
Winter melakukan hal yang benar bukan? Dia memang egois karena tidak ingin kehilangan Karina dan lebih mengorbankan bayi mereka.

Dia memang menyayangi bayi mereka tapi Karina adalah hidupnya, jika Karina kenapa-napa maka dia tidak bisa hidup.

Dia tidak salah bukan?

Dia tidak egois kan?

.

.

.

TBC

WINTER Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt