BAB 15

5.1K 372 1
                                    

Karina masih duduk disamping makam ibunya. Baju yang dia pakai khusus untuk ibunya itu langsung kotor tapi Karina tidak memperdulikan.

"Eomma, kenapa saat aku menemukanmu, kau sudah pergi? Sudah lama aku mencarimu dan ingin bertemu denganmu. Maaf baru bisa kemari, puji Tuhan akhirnya aku menemukanmu atas bantuan Winter" ucap Karina.

Kenangan masa lalunya yang berkaitan dengan ibunya langsung keluar dan teringat. Begitu banyak hingga membuat air mata Karina turun dengan derasnya.

"Padahal aku ingin bertanya kenapa kau meninggalkanku di panti asuhan tapi sepertinya aku tidak bisa bertanya padamu lagi" ucap Karina.

Winter menatap Karina dari kejauhan. Dia belum mendekat karena takut Karina marah, jika dia mendekat maka hubungan mereka yang sudah dekat itu akan merenggang lagi.

Dan dia mendengar suara isak tangis Karina.

"Tunggu di depan" ucap Winter.

"Tap—"

"Cepat" ucap winter dingin.

Anak buahnya langsung mengangguk dan pergi menunggu didepan gerbang pemakaman.

Winter mendekat kearah Karina dan berjongkok disamping Karina yang sudah menangis sembari meremas tanah kuburan ibunya itu.

"Kita pergi sekarang, kondisimu tidak baik-baik saja" ucap Winter.

"Kau! Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal brengsek!!! Kenapa kau tidak mengatakannya!!!!" Teriak Karina keras sembari memukul-mukul bahu Winter.

"Kau selalu menyela ucapanku saat aku akan berbicara, itulah kenapa aku tidak bisa menyampaikannya padamu" ucap Winter.

Karina menangis lagi dengan lebih keras. Rasa rindunya pada ibunya membuncah dengan air mata.

"Jangan tinggalkan aku eomma..."'

"Aku ingin dipeluk oleh eomma...."

Winter menghela nafasnya lalu memeluk Karina disana. Meskipun Karina memberontak, Winter terus memeluk Karina dan menepuk-nepuk punggung Karina.

"Tenanglah, ibumu sudah bahagia bersama Tuhan" ucap Winter.

Setelah beberapa menit menangis, Karina berhenti dan menutup matanya.

"Karina?" Ucap Winter.

Karina pingsan.

Winter mengangkat tubuh Karina dan berjalan keluar dari area pemakaman. Anak buahnya yang melihat Winter menggendong Karina yang tak sadarkan diri itu langsung membukakan pintu mobil.

"Kembali ke mansion" ucap Winter.

Saat berada di tengah jalan, Karina terbangun dan menyuruh untuk menepikan mobil di sebuah toilet umum.

"Jangan ikut, tunggu disini" ucap Karina.

"Bagaimana jika kau pingsan lagi didalam? Aku masuk saja" ucap Winter.

"Hanya sebentar, tolong" ucap Karina.

Winter menghela nafasnya dan mengangguk. Setelah Karina masuk, winter menyuruh anak buahnya untuk menyisir area dan melihat apakah ada pintu keluar lain di toilet itu, dia tidak ingin mengambil resiko.

Didalam sana, Karina sedang membasuh wajahnya yang terlihat sangat merah karena menangis tadi. Karina melihat cermin yang ada didepannya.

"Wajahku sangat kacau sekali" ucap Karina.

Dan dia melihat dua orang wanita yang sedang melakukan sesuatu dibelakangnya, dimana seorang wanita memberikan beberapa butir obat pada wanita yang satunya.

Dia berbalik dan mendekat kearah mereka yang sedang bertransaksi itu.

"Apa yang kalian lakukan" ucap Karina.

"Pergilah, ini bukan urusanmu"

"Apa itu?" Ucap Karina.

Mereka menatap Karina lalu tertawa.
"Kau tidak tahu ini apa? Ini adalah narkoba, hal yang bisa membuat semua pikiranmu pergi dan membuatmu lebih tenang" ucapnya.

Ehhh? Narkoba?!

Karina diam sebentar disana. Dia menatap butir-butir obat yang dipegang bandar narkoba itu.

"Aku ingin membelinya, berapa?" Ucap Karina.

"5 butir 3jt" ucapnya.

"Mahal sekali! Kau mencoba memerasku?!" Ucap Karina.

"Nona! Ini adalah narkoba! Tentu saja mahal karena ini sangat langka! Jika kau tidak mau maka ya sudah" ucapnya lalu hendak pergi.

Karina mencegah orang itu dan menatapnya. Dia menghela nafasnya lalu tertawa pelan disana.

"Astaga, kau sangat pemarah. Baiklah, aku beli tapi aku tidak punya uang. Aku akan membayarnya dengan ini, apakah kau bisa?" Ucap Karina sembari memberikan gelang emas yang dipakainya.

"Sangat cukup sekali, terimakasih" ucapnya lalu pergi dari sana.

Padahal gelang emas itu lebih dari 3 juta harganya, harga aslinya bahkan lebih dari ratusan juta🥲

Karina menatap bungkus itu dan menghela nafasnya lagi. Dia hanya ingin mencobanya, lalu berhenti. Dia dengar narkoba membuat beban seseorang pergi.

Dia langsung keluar dari toilet umum itu dan masuk kembali kedalam mobil, meninggalkan winter yang sudah menatapnya datar di depan pintu masuk toilet umum itu.

"Kenapa kau begitu lama didalam?" Ucap Winter.

"Aku menangis lagi didalam" ucap Karina.

Lagi-lagi Winter menghela nafasnya. Dia masuk kedalam mobil dan mereka kembali ke mansion seperti ucapan Winter tadi.

Saat mereka berjalan masuk kedalam, ponsel Winter berdering disana. Winter mengangkat telpon itu sementara Karina terus berjalan masuk.

"Karina, aku harus pergi" ucap Winter.

"Pergilah, jangan pulang larut" ucap Karina.

Winter langsung pergi dengan tergesa-gesa, sepertinya ada masalah diluar sana. Apakah tentang bisnisnya yang kotor itu? Atau hal lain?

Entahlah, Karina tidak peduli.

Karina sudah duduk di sofa yang ada di kamar "mereka" sembari menatap bungkusan narkoba yang dia beli dengan gilanya tadi.

"Karina, kau memang sudah gila" ucap Karina.

Karina berdiri dan berjalan kearah mini bar yang ada didalam kamar itu. Ya, winter memiliki mini bar didalam sini. Bukankah sedikit gila? Tapi Winter orang kaya jadi Karina maklum akan hal itu.

Dia membawa wine dan menuangkannya kedalam gelas. Dia duduk di kursi dan menatap wine yang sedang diminumnya itu.

"Hanya 1" ucap Karina.

Karina membawa 1 butir narkoba itu dan memasukkan sisanya kedalam saku pakaiannya. Dan dengan gilanya dia menelan narkoba itu dengan Wine tadi.

Benar, Karina memang sudah gila.

Beberapa saat kemudian efek dari narkoba yang dia beli itu mulai muncul dan membuat Karina mengernyitkan keningnya.

"Kenapa..." Ucap Karina pelan.

Karina berdiri sembari memegang meja bar didepannya, kepalanya sedang berputar-putar dengan hebatnya sekarang.

Membuat perut sangat Karina mual.

Dengan cepat Karina berlari kearah kamar mandi dan tak sengaja menyenggol gelas berisi wine tadi hingga pecah kebawah.

Dan itu membuat semua orang yang ada didalam mansion langsung menatap kearah kamar mereka.

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang