BAB 13

4.9K 388 1
                                    

Setelah Karina berganti baju, mereka pergi kedepan dan masuk kedalam mobil. Karina terus menatap keluar karena kali ini dia merasa sangat senang karena bisa keluar.

"Kau ingin kemana?" Ucap Winter.

"Toko buku" ucap Karina.

Winter memberitahu sopir sekaligus anak buahnya itu untuk pergi toko buku terbesar di Moskow. Karina bisa memilih buku sepuasnya.

Setelah sampai, Karina menatap Winter. Dia menunjuk Winter degan telunjuknya yang lentik itu.

"Jangan ikuti aku! Aku hanya ingin membeli buku, tidak kabur" ucap Karina.

"Membeli buku? Kau punya uang?" Ucap Winter.

Ah, benar. Dia no have money. Kenapa dia bisa lupa tentang itu? Dia melihat Winter yang sudah tertawa karena ulahnya tadi.

Orang-orang menatap mereka takut karena Winter membawa banyak anak buahnya ikut. Karina menghela nafasnya tajam karena dia menjadi pusat perhatian disana.

Setelah sampai di toko buku, dia mencari buku yang dia ingin beli sedari dulu. Sudah lama Karina ingin novel atau buku seperti ini tapi karena keuangan menahannya.

"Karina, beli ini juga" ucap Winter.

Dia berbalik dan melihat Winter yang menunjukkan sebuah buku dengan cover agak dewasa. Karina mengerutkan keningnya saat membaca judul buku itu.

HOW TO BE AN EXPERT IN SEX

"Kau gila" ucap Karina.

"Kenapa? Kau harus belajar bukan?" Ucap Winter.

Gila!

Karina langung pergi dari sana untuk mencari buku lain, dia tidak mendengarkan Winter yang terus mengoceh dibelakangnya itu.

Gila jika dia membaca hal seperti itu.

Dan dia selesai memilih, dia membeli 3 novel dan 1 buku biografi. Totalnya jadi 4, tidak banyak bukan? Dia sangat irit.

Winter membawa buku itu dan berjalan kearah kasir, dia akan membayarnya. Saat Karina lengah, winter memasukkan buku yang dia pilih tadi kedalam tas buku dan membayarnya.

Setelah selesai, Winter berikan tas berisi buku-buku itu pada Karina. Mereka keluar dari sana dan berjalan di trotoar yang ramai akan orang.

"Kenapa kau menjadi mafia?" Ucap Karina tiba-tiba.

"Aku tidak mau tapi aku adalah keturunan tunggal ayahku, aku harus menjadi ketua selanjutnya dan begitulah" ucap Winter.

"Kenapa tidak berhenti?" Ucap Karina.

Winter terkekeh mendengar itu.
"Jika aku berhenti, banyak orang yang memperebutkannya dan akan banyak korban berjatuhan" ucap Winter.

"Dimana ibumu?" Ucap Karina.

Winter diam sebentar disana. Dia menatap Karina yang masih melihat-lihat novel yang baru saja dia dibeli tadi, winter menghela nafas.

"Dia sudah meninggal" ucap Winter.

Karina berhenti berjalan setelah mendengar itu. Tapi winter terus saja berjalan tanpa sadar jika Karina berhenti berjalan.

"Kenapa diam? Ayo" ucap Winter.

Kenapa dia merasa bersalah setelah menanyakan hal itu pada Winter?

Dia menarik tangan Winter dan duduk di sebuah kursi yang kosong. Winter bingung kenapa Karina menyuruhnya duduk disini?

"Kau lelah?" Ucap Winter.

"Ya, kakiku sakit. Mungkin jarang digunakan berjalan jauh, aku harus sering berkeliling mansion" ucap Karina.

Winter tertawa pelan mendengar itu. Benar juga ucapan Karina, mansionnya sangat besar dan butuh waktu untuk mengelilingi mansionnya.

"Maaf untuk pertanyaanku tadi, aku sungguh tidak tahu jika ibumu sudah tiada" ucap Karina.

"Tak apa, kau sudah tahu jadi aku tidak perlu memberitahumu" ucap Winter.

"Jika boleh tahu, kenapa ibumu meninggal?" Ucap Karina.

Winter menatap Karina lama. Karina yang sadar jika pertanyaannya sangat bodoh dan tolol itu langsung panik.

"Ma-maksu—"

"Ibuku dibunuh" ucap Winter.

Karina terdiam.

Dibunuh?

Maksudnya dibunuh seseorang?

"Kau ingat Jennie? Ibu Jennie yang membunuh ibuku" ucap Winter.

Ah....

Pantas saja Winter sangat membenci Jennie sampai sebegitunya. Pantas Winter sangat menentang keras keberadaan Jennie dan menyangkal jika Jennie adalah adiknya.

Ibu Winter dibunuh oleh ibu Jennie.

"Ibuku bernama Natasha, dia meninggal saat aku berumur 18 tahun. Dia ditembak orang suruhan ibu anak haram itu dan begitulah" ucap Winter.

"Pasti sangat menyakitkan bagimu" ucap Karina.

"Ya, itu sangat sakit hingga sangat membekas didalam hatiku" ucap Winter.

Seumur hidupnya, dia tidak akan melupakan bagaimana tingkah nenek lampir dan anak haram itu. Disaat dia berduka karena ibunya meninggal, mereka masuk kedalam keluarga Salvatrucha dan membuat semuanya berantakan.

Dimana yang tadinya rumah mereka, Mansion utama Salvatrucha damai dan harmonis berubah menjadi sangat keruh dan retak.

Gara-gara dua jalang sialan itu.

Winter tidak pernah akan memaafkan keduanya jikapun mereka memohon hingga menangis darah. Rasa sakit hati dan dendamnya lebih besar daripada rasa kamanusaannya.

.

.

.

TBC

WINTER Donde viven las historias. Descúbrelo ahora