Bab 37

3.2K 313 4
                                    

1 bulan kemudian...

Sudah 1 bulan berlalu setelah kematian anak mereka. Dan Karina masih saja seperti 1 bulan yang lalu, masih depresi dan enggan berbicara dengan siapapun termasuk winter.

Winter juga ikut stres karena Karina. Karina menjadi lebih kurus dan tidak memiliki daging lagi setelah kematian anak mereka, Karina tidak mau makan meskipun sudah dipaksa oleh Winter.

Karina makan sedikit.

Itulah yang membuatnya sakit.

"Karina, makan dulu. Kau harus makan" ucap Winter.

Karina yang sedang duduk sembari menatap jendela besar yang ada didalam kamar mereka hanya diam dan tidak menjawab ucapan Winter.

Winter menghela nafasnya. Dia duduk disamping Karina lalu mengambil sendok dan menyuapi Karina dengan sedikit dipaksa.

"Makan Karina" ucap Winter dengan penuh penekanan.

Tapi Karina tidak membuka mulutnya sama sekali, membuat Winter kesal sendiri karena Karina tidak mau makan disana.

Winter menaruh nampan berisi makanan untuk Karina dan menggebrakkan nampan itu diatas meja hingga membuat Karina kaget.

"Kenapa kau ini! Kau harus makan! Aku tidak ingin kau mati! Makan yang banyak dan sembuhlah" ucap Winter dengan nada bergetar.

Dia sedang berusaha untuk tidak menangis sekarang, dia tidak boleh menunjukkan sisi lemahnya dihadapan Karina yang sedang ada fase ini.

"Aku melahirkannya tapi tidak bisa memiliki bayiku, winter" ucap Karina pelan.

Tidak lagi.

Jangan seperti ini lagi.

"Kita harus bergerak maju Karina! Jangan menyerah dan lanjutkan hidupmu! Jika bukan demi aku, lakukan itu demi jelly Karina! Lanjutkan hidupmu! Jangan seperti ini, aku mohon... Jadilah Karina yang dulu... Jangan seperti ini... Kembalilah menjadi Karina yang dulu" ucap Winter.

Winter langsung pergi dari sana setelah mengatakan itu, dia harus menenangkan dirinya.

Karina menatap kepergian winter. Dia sedikit berkaca-kaca tapi dia langsung menyeka air matanya lalu berdiri kearah lemari pakaian mereka.

Dia membawa baju olahraga.

Beberapa saat kemudian, Winter masih didalam kantornya bersama Giselle untuk membahas bisnis mereka yang sedikit terhambat.

"Semuanya sudah stabil, kau tenang saja. Aku sudah mengatasinya" ucap Giselle.

Winter tersenyum kearah Giselle.
"Terimakasih, kau selalu bisa diandalkan. Maaf jika harus membuatmu menanggung semuanya sendirian" ucap Winter.

"Ayolah kawan! Kau seperti berbicara dengan orang lain saja, aku adalah adikmu. Jadi andalkan aku!" Ucap Giselle.

Winter yang tersenyum itu langsung biasa lagi setelah mengingat Karina. Dia menghela nafasnya panjang dan memijit pelipisnya disana.

"Apakah belum ada kemajuan dari Karina?" Ucap Giselle.

Dia menggelengkan kepalanya.
"Aku bingung harus bagaimana lagi. Karina menolak semuanya, bantuan dan selalu menyendiri. Yang membuatku paling sedih adalah, dia tidak mau makan" ucap Winter.

"Kau harus pelan-pelan dengannya. Karina memiliki mental yang berbeda darimu, dia seorang ibu yang baru saja kehilangan anak pertamanya. Aku yakin dia akan sembuh dan tertawa lagi seperti dulu" ucap Giselle.

Lalu datang seorang anak buahnya dengan tergesa-gesa tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

"Kau tidak mempunyai tangan untuk mengetuk pintu?" Ucap Giselle.

"Maafkan aku! Tapi bos harus segera pergi ke ruang gym"

"Ada apa?" Sahut Winter.

"Nyonya Karina sedang berolahraga. Tapi sepertinya nyonya sedang tidak baik, wajahnya sangat pucat. Kami sudah meminta nyonya untuk berhenti dan beristirahat tapi nyonya tidak menjawab dan terus berolahraga"

Shit.

"Ada apa lagi dengannya. Sudah cukup! Dia membuatku kesal!" Ucap winter lalu pergi dari sana.

"Jangan memarahinya! Winter!!!" Teriak Giselle.

Winter berjalan cepat kearah ruangan gym yang ada didalam mansion nya itu.

Orang-orang sudah berkumpul dan para maid sedang berusaha untuk membujuk Karina yang keras kepala terus berolahraga itu.

"Apa yang kau lakukan!" Teriak winter sembari menarik tangan Karina turun dari treadmill.

"Lepaskan aku" ucap Karina.

"Sadar Karina! Kau bisa membunuh dirimu sendiri! Sadar!!!" Teriak Winter didepannya.

"Biarkan aku mati, Winter. Biarkan aku menyusul putriku" ucap Karina.

"Bagaimana denganku!!! Bagaimana denganku.... Karina? Kau akan meninggalkanku sendirian disini?" Ucap Winter pelan.

Karina mulai menangis.
Dia merosot kebawah dan menutup wajahnya yang sudah mulai menangis itu, dia menangis dengan keras hingga membuat orang-orang menatapnya dengan kasihan.

"Aku tidak sanggup lagi, Winter. Rasanya ingin pergi dari dunia. Bahkan aku belum sempat menggendong dan melihat wajah bayi kita, aku belum sempat" ucap Karina.

Winter ikut berjongkok dan memeluk Karina yang sudah sesegukan menangis. Dia memeluk istrinya dengan erat dan mengelus punggung Karina.

"Berjanjilah padaku, kamu akan selalu ingat... kamu lebih berani dari yang kamu yakini dan lebih kuat dari yang kamu kira" ucap Winter.

"Aku juga ingin maju, tapi susah sekali Winter. Aku tidak bisa..." Ucap Karina pelan.

"Jangan memendamnya sendirian, sayang. Aku ada disini bersamamu. Ayo lalui bersama dan maju bersama. Kau tidak sendirian, ada kami semua disini yang selalu bersamamu" ucap Winter.

Hm?

Karina menatap sekelilingnya dan melihat semua orang sedang tersenyum kepadanya. Seakan-akan ingin membuat Karina tahu jika Karina tidak sendirian.

Melihat itu, dia semakin menangis. Membuat Winter tersenyum dan memeluknya lebih erat lagi.

"Lihat? Kau tidak sendirian disini. Kami semua akan membantumu maju dan bersamamu, ingatlah itu" ucap Winter.

Karina mengangguk saja didalam pelukan Winter, dia tidak bisa berbicara karena mulutnya terasa terkunci dan hanya ingin menangis saja sekarang.

Mungkin semua unek-unek yang ada dibenaknya sudah keluar, dia sudah lega sekarang. Karina merasa lebih baik setelah mengatakan apa yang selama ini dia pendam sendiri.

Winter memegang kepala Karina lalu mencium seluruh wajah Karina dengan lembut.

"Jika sampai saat ini kamu masih mampu bertahan dari apa yang kamu alami, aku bangga padamu" ucap Winter sembari tersenyum.

Dan Karina membalas senyuman itu.

.

.

.

TBC

WINTER Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum