Bab 47

2.8K 263 10
                                    

Pemberitahuan!!!

Halo guys, aku ingin membuat sebuah cerita yang dimana isinya oneshoot atau twoshoot yang dibikin sama kalian, readers. Apa kalian berminat untuk mengirimkan cerita pendek khayalan kalian kepada aku? Tema bebas, couple juga bebas, mau cerita yang sweet sampai 21+ juga tak apa;v jika kalian ingin aku bakal bikin tapi kalo g ada yang ingin maka tak jadi hahaha

.

.

.

Setelah itu, Karina menjadi sangat membenci Winter. Sangat hingga dia enggan melihat Winter, mereka juga berpisah ranjang.

Hal itu membuat Winter menjadi dirinya yang dulu, dingin dan datar. Jujur saja winter juga lelah, dia sudah berusaha untuk bersabar karena kondisi Karina tapi dia adalah tipe orang yang tidak bisa diteriaki oleh orang lain, saat Karina berteriak padanya membuat Winter sedikit menjadi emosi.

Tapi Winter meredamnya karena Karina sedang sakit, jika Karina sembuh pasti Karina tidak akan melakukan hal itu padanya.

Winter mengalah dan diam.

"Dasar brengsek, aku salah percaya padanya" ucap Karina kesal.

Sejak pagi, dia masih saja mengurung diri didalam kamar. Karena jika keluar, dia tahu pasti akan ada Winter dibawah sana.

Saat sedang diam, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Masuk winter dengan membawa senampan makanan dan menaruhnya di meja dengan sedikit kasar.

"Makan" ucap Winter.

"Kenapa kau masuk! Siapa yang mengizinkanmu untuk masuk huh?! Keluar! Aku tidak mau melihat wajahmu!" Teriak Karina.

"Kau bisa membenciku dan tidak melihatku tapi makan. Sudah beberapa hari kau tidak makan dengan benar, aku tidak ingin kau mati jadi makan itu" ucap Winter.

"Apa pedulimu! Ini adalah tubuhku, aku bisa melakukan apapun untuk diriku! Kau tidak perlu mengkhawatirkanku apalagi menyuruhku!" Ucap Karina.

Winter mendengus sembari terkekeh.
Dia mendekat kearah Karina hingga Karina menjadi takut sendiri.

"Ini adalah rumahku, orang yang tinggal di dalam rumahku harus melakukan apa yang aku perintahkan. Dan kau, kau adalah istriku dan sudah tugasmu untuk mematuhi perkataanku" ucap Winter.

"Aku bukan istrimu, aku tidak mengakuimu sebagai pasanganku! Untuk apa? Aku terpaksa menikah!" Teriak Karina.

"Karina!!" Teriak Winter.

Karina menatap Winter tanpa takut.

"Makan itu atau aku yang akan menyuapimu dengan paksa" ucap Winter lalu pergi dari saja.

"Ck. Jangan masuk kedalam sini lagi! Dasar sialan!" Teriak Karina.

Dia membanting nampan makanan yang dibawakan oleh Winter lalu duduk di sofa yang ada di balkon kamar.

Pemandangan membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.

Lalu matanya melihat Winter yang hendak masuk kedalam mobil didepan pintu utama mansion. Winter terlihat dingin sembari menelpon seseorang dibawah sana.

"Pergilah yang jauh, jangan kembali lagi" ucap Karina.

"Nyonya, saya membawakan makanan yang baru"

"Simpan saja disana" ucap Karina.

"Baik"

Karina menghela nafasnya.

Dia ingin pergi dari sini tapi bagaimana caranya? Mustahil jika langsung pergi begitu saja, karena setelah dilihat-lihat penjagaan disini sangat luar biasa ketat.

Lalu dia ingat jika ada seorang anak buah Winter yang sudah menjaganya selama dia disini, Felix.

Benar, dia bisa meminta bantuan dari orang bernama Felix itu.

"Ada seseorang diluar?" Ucap Karina.

"Ya, nyonya?"

"Panggilkan Felix" ucap Karina.

Tak berapa lama, datang Felix kedalam. Pria itu memberikan hormat kepadanya sebelum masuk kedalam kamar.

"Anda memanggil saya, nyoya?" Ucap Felix.

"Kau orang yang paling setia padaku bukan?" Ucap Karina.

"Tentu saja, nyonya" ucap Felix.

"Kalau begitu, lakukan hal ini untukku" ucap Karina.

Felix mengerutkan keningnya dan menatap Karina yang sudah menyeringai.

Membuat Felix merasa jika permintaan Karina akan membuatnya berada dalam masalah.

.

.

.

Winter tidak pulang ke mansion karena pekerjaannya sebagai CEO sangat banyak, dia tidak melulu melakukan pekerjaannya sebagai seorang pemimpin organisasi mafia. Dia juga menjabat sebagai seorang CEO perusahaan besar di Rusia.

"Tidurlah dulu, kau belum tidur dari kemarin" ucap Giselle.

"Aku tidak mengantuk, bawakan aku kopi lagi" ucap winter.

"Kau sudah meminum 3 gelas Winter, makan dulu! Kau ingin mati huh? Kelelahan dan mengkonsumsi kopi sebelum makanan berat masuk kedalam perutmu?" Ucap Giselle agak kesal.

"Duduklah, aku ingin berbicara" ucap Winter.

Giselle duduk di kursi yang ada didepan Winter, dia melihat wajah Winter yang berubah menjadi sedih.

"Apakah ini soal Karina?" Ucap Giselle.

"Ya, Karina sangat membenciku" ucap Winter.

"Itu karena hanya ingat awal pertemuan kalian saja, dia belum ingat tentang seberapa bahagianya kalian bersama setelah mencintai satu sama lain" ucap Giselle.

"Aku bertengkar dengannya kemarin" ucap Winter.

Giselle menghela nafasnya.
"Seharusnya kau tidak terpancing emosi, Winter. Karina sedang sakit, kau seharusnya bersabar dan menunggunya untuk kembali ingat" ucap Giselle.

"Aku tahu, aku akan meminta maaf padanya dan membelikan makanan kesukaan Karina" ucap Winter.

Tepat setelah Winter mengatakan itu, ponsel Winter bergetar disana. Dan itu panggilan dari nomor yang di mansion.

"Ada apa" ucap Winter.

Setelah mendengar ucapan anak buahnya, dia langsung berdiri sembari menggepalkan tangannya.

"Sebar seluruh anggota! Pastikan kalian membawanya kembali! Jika dia melawan, patahkan kakinya agar tidak bisa berlari lagi. Hari ini, temukan dia hari ini. Jika tidak, kalian semua yang akan menanggung akibatnya" ucap winter dingin.

"Ada apa?" Ucap Giselle.

Sebelum menjawab, Winter meninju meja kaca kerjanya hingga langsung hancur lebur.

Giselle sampai kaget melihat itu.

"Karina, dia kabur" ucap Winter dingin.

"Bagaimana bisa?!" Ucap Giselle.

"Apapun caranya, aku tidak akan bersikap lunak lagi padanya. Sudah cukup aku bersabar, dia harus tahu jika dia tidak bisa pergi kemana-mana" ucap winter.

.

.

.

TBC

WINTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang