BAB 52

2.8K 310 20
                                    

Hallow wkwk, kangen ga nich??

.

.

.

Selama beberapa hari, Karina enggan keluar atau makan. Karina menutup diri dari semua orang dan tidak mengizinkan siapapun untuk masuk kedalam kamarnya.

Ningning yang sudah siap lahiran itu juga diturunkan untuk membujuk Karina tapi tidak berhasil, Karina tetap tidak mau membuka pintu.

Bisa saja didobrak tapi Karina mengganjal pintu dengan nakas kecil hingga susah didobrak dari luar.

"Hancurkan pintunya" ucap Winter.

"Kau gila? Itu hanya akan membuatnya tambah histeris, Winter" ucap Giselle.

"Aku harus bagaimana lagi? Aku kehabisan ide sekarang" ucap Winter frustasi.

Giselle mendapatkan telpon disana. Setelah itu dia menatap Winter.

"Kabar buruk, Mikhail menguasai wilayah timur. Banyak orang-orang kita membelot, jika begini akan sangat buruk kedepannya Winter. Kita harus segera mengambil tindakan secepat mungkin" ucap Giselle.

Saat sedang berbincang, tiba-tiba datang seorang maid yang berlari dengan tergesa-gesa dan mengatakan jika Karina mengamuk didalam kamarnya.

Astaga.

Mereka berlari kearah lantai atas dimana kamar Karina berada, terdengar jika Karina sedang melemparkan barang-barang didalam kamar.

"Karina! Sadar! Jangan lakukan itu!" Teriak Giselle.

Winter mengeluarkan pistolnya.

"Apa yang kau lakukan! Jangan gila Winter!" Teriak Giselle.

"Tidak ada jalan lagi, Giselle" ucap Winter.

Winter menembak gagang pintu hingga kuncinya langsing terlepas, dia langsung menendang pintu sekuat tenaga hingga nakas kecil dibalik pintu langsung terhempas begitu saja.

Winter menarik Karina yang sedang mengamuk itu, sedikit kesusahan karena Karina terus memberontak sampai mencakar tangannya lumayan dalam.

"Lepaskan! Jangan menyentuhku!" Teriak Karina.

"Hentikan! Cukup!" Teriak Winter.

Karina menggeratakkan giginya, dia melepaskan genggaman tangan Winter pada lengannya lalu...

Plak!

Karina menampar Winter.

Semuanya hening disana.

"Jangan menyentuhku, dasar pembubuh! Jangan menyentuhku!" Ucap Karina penuh penekanan.

Winter memegang pipinya yang terasa panas karena Karina menamparnya dengan sangat keras.

"Kau... Kau bukan Karina ku" ucap Winter.

"Ya! Aku bukan Karina mu! Aku adalah anak dari orang yang kau bunuh!" Teriak Karina.

"Aku tidak membunuhnya! Sudah berapa kali aku mengatakan itu hah?! Aku tidak membunuh ibumu! Ayahmu sendiri yang membunuh ibumu!" Teriak winter.

"Kau berbohong! Kau yang membunuh ibuku! Kau mengatakan itu hanya ingin aku percaya padamu!" Teriak Karina.

"Kenapa kau sungguh keras kepala?" Ucap Winter.

"Minggir! Aku ingin pergi dari sini! Aku tidak ingin tinggal bersama pembubuh ibuku!" Teriak Karina.

Winter menghela nafasnya kasar, jangan mulai lagi.

Dia menarik Karina yang hendak pergi dari sana, tentu saja itu mendapatkan perlawanan dari Karina.

"Lepaskan! Kau monster sialan!" Teriak Karina.

"Jangan membangkang! Atau aku aka—"

"Akan apa!? Membunuhku juga? Silahkan! Bunuh aku sekarang! Apakah kau ingin menenggelamkanku atau menembakku? Silahkan, aku didepanmu. Bunuh aku sekarang!!" Teriak Karina.

"Karina!!!!!!!!" Teriak Winter keras.

"Kenapa Tuhan mempertemukan ku dengan monster sepertimu, kenapa?" Ucap Karina pelan.

Winter terdiam mendengar itu.

"Biarkan aku pergi, aku ingin hidup dengan normal. Jangan kekang aku lagi, aku ingin terbang keluar. Aku tidak ingin tinggal denganmu" ucap Karina.

"Kau adalah istriku, kau harus tinggal bersamaku" ucap Winter.

"Terjadi kesalahan dulu, seharusnya aku tidak bertemu denganmu di gang itu. Seharusnya kita tidak bertemu dan menjadi seperti ini, ini adalah kesalahan besar" ucap Karina.

"Kesalahan?" Ucap Winter.

"Ya, Tuhan sangat salah mempertemukan kita. Hiduplah dengan caramu, aku akan hidup dengan caraku. Aku hanya akan menderita jika hidup denganmu" ucap Karina.

Kesalahan kah?

Pegangan tangan Winter pada lengan Karina mengendur, tangannya langsung melepaskan lengan Karina.

Monster...

Pembunuh...

Seharusnya kita tidak bertemu...

Hidup menderita jika hidup dengannya...

Kesalahan besar Tuhan karena mempertemukan mereka....

Kata-kata itu terus terdengar didalam kepalanya, membuatnya terdiam. Apakah dia yang salah selama ini?

Karina tidak bahagia bersamanya?

Winter mundur lalu keluar dari kamar Karina, Giselle yang menunggu didepan juga kebingungan kenapa winter pergi begitu saja.

"Winter! Kemana kau! Hey!" Panggil Giselle.

Giselle berlari menyusul Winter.
Sedangkan Karina sudah ditenangkan oleh dokter psikiater yang didatangkan oleh Giselle tadi.

Kamarnya dibersihkan para maid.

"Apa yang kau lakukan, seharusnya kau tidak pergi begitu saja" ucap Giselle.

"Ternyata selama ini aku salah, Giselle" ucap Winter.

"Apa maksudmu?" Ucap Giselle.

"Karina menderita hidup denganku. Aku salah karena mengikatnya disini, terus menempatkannya dalam bahaya karena ada bersamaku " ucap Winter.

Giselle duduk disampingnya.
"Karina sudah tahu resiko itu, Winter. Kau tidak salah, Karina sendiri yang ingin hidup denganmu bukan? Kalian hidup bersama, saling membutuhkan" ucap Giselle.

"Itu dulu, bukan sekarang. Karina sekarang tidak ingin hidup bersamaku, dia sangat menderita hidup denganku" ucap Winter.

"Karina kehilangan ingatannya, itu wajar! Setelah ingatannya kembali, Karina tidak akan mengatakan itu" ucap Giselle.

"Kapan ingatannya akan kembali? Ini sudah hampir 1 tahun, Giselle. 1 tahun lagi? 2 tahun? 5 tahun? Atau sampai kapan? Karina hanya akan membenciku jika tinggal disini, membuat kondisi psikologisnya menjadi terguncang kembali. Aku tidak ingin kejadian setelah putri kami meninggal terjadi kembali, aku tidak ingin melihat Karina hancur lagi" ucap Winter.

"Apa rencanamu?" Ucap Giselle.

"Aku akan melepaskan Karina, membiarkan dia untuk hidup lebih bahagia diluar sana. Itulah yang seharusnya aku lakukan sejak dulu" ucap Winter.

.

.

.

TBC

WINTER Onde histórias criam vida. Descubra agora