BAB 9

5.2K 395 1
                                    

Beberapa hari kemudian mereka terus bertengkar karena hal-hal sepele. Seperti biasa, Karina yang selalu memulai pertengkaran mereka dan Winter yang selalu mengalah. Winter lebih baik pergi daripada bertengkar dan membentak Karina nantinya.

Karina sedang duduk di sofa dalam kamar "mereka" sembari menonton TV. Dia sangat bosan karena tidak melakukan apapun sepanjang hari didalam mansion semegah ini.

Dia dikurung.

Diculik.

Dipaksa.

Winter sudah pergi dari pagi karena urusan pekerjaan, biarlah. Jika begitu Karina yang senang karena mereka tidak akan bertemu sampai malam hari nanti. Winter selalu pulang malam, seperti itu hingga sekarang.

Tapi hari ini berbeda, Winter pulang lebih awal padahal ini baru pukul 3 sore. Aneh bukan?

"Karina" ucap Winter.

Karina menatap Winter dengan malas. Sungguh, dia tidak ingin bertengkar lagi dengan Winter. Bosan juga jika harus berteriak dan marah setiap saat, cape fisik dan batin.

Winter mendekatinya dengan sebuah kantong kresek ditangannya. Winter mengeluarkan sebuah minuman dan memberikannya pada Karina.

"Aku dengar kau sangat menyukai ini, waktu pulang tadi aku melihatnya dan membelikannya untukmu" ucap Winter.

Karina menatap apa yang dibeli Winter untuknya itu. Dia langsung terdiam ketika melihat apa yang dibawa Winter untuknya.

Itu Bungeoppang.

Kue kesukaan Karina.

"Bagaimana kau tahu" ucap Karina kaget.

"Makanlah, ini masih hangat" ucap Winter.

Karina menerima Bungeoppang itu dan memakannya. Kenapa dia merasa ini sama dengan yang selalu dia beli dan makan selama ini? Apakah Winter membelinya di toko yang biasa dia beli selama ini?

Dia tidak menyangka jika Winter bisa tahu tentang ini karena Karina tidak pernah memberitahu siapapun tentang makanan kesukaannya.

"Apakah enak?" Ucap Winter.

"Kau mau?" Ucap Karina.

"Jika kau mengizinkan" ucap Winter.

Karina tersenyum kecil mendengar itu. Bukankah Winter yang membelikannya untuk Karina? Kenapa winter butuh izinnya untuk memakam kue ini?

Dia memberikan satu Bungeoppang pada Winter. Winter langsung memakannya dan berseru pelan karena rasanya lebih enak dari yang dia bayangkan sebelumnya.

"Pantas kau menyukainya, ini sangat enak. Baru kali ini aku menemukan kue unik ini" ucap Winter.

"Ini wafel khas Korea, aku suka ini karena dulu ibuku selalu membelikannya padaku saat kecil" ucap Karina.

Dia menjadi nostalgia masa kecilnya. Dimana dia masih bisa bertemu dengan ibunya dan bahagia.

"Sekarang, ibumu ada dimana? Pulang ke Korea?" Ucap Winter.

"Aku tidak tahu, dia membawaku ke Rusia dan memberikanku pada ayahku. Tapi ayahku menolak kehadiranku karena ayahku sudah memiliki istri dan anak sebelum mengenal ibuku. Akhirnya aku berakhir di panti asuhan" ucap Karina sembari tertawa.

Winter berhenti makan setelah mendengar itu. Dia belum mencari latar belakang Karina karena belum sempat, dia tidak tahu ternyata kehidupan Karina kecil sama sepertinya.

"Kau memakan ini untuk mengingat ibumu?" Ucap Winter.

"Tidak, aku memakan ini karena aku menyukainya tapi terkadang aku membencinya karena selalu teringat dengan masa itu" ucap Karina.

Bungeoppang...

Kue yang menjadi saksi bisu perjalannya di Rusia, dari dia kecil sampai sebelum Winter membawanya kemari dia selalu memakan ini di toko langganan yang berjualan semenjak dia kecil.

Toko yang tumbuh bersama dirinya.

Lalu Karina tersadar karena bercerita terlalu banyak pada wanita ini. Dia menghela nafasnya dan berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang akan menangis itu.

"Dia sangat hampa" ucap Winter.

Winter berjalan keluar kamar karena Giselle mengiriminya pesan jika ada masalah di sebuah pabrik drugs mereka.

"Apa lagi" ucap Winter.

"Polisi menggeledah pabrik yang ada di Khimki. Mereka membawa seluruh methaphetamine yang baru dipasok beberapa hari yang lalu" ucap Giselle.

"Fuck" umpat Winter.

Bukankah dia sudah memberitahu untuk bermain cantik? Dasar bodoh. Orang-orang yang bekerja di Khimki sudah tidak berguna lagi untuknya.

"Biarkan orang-orang itu dipenjara. Tapi bawa kembali methaphetamine yang disita, jika itu dibawa polisi maka mereka akan menjualnya lagi untuk kepentingan pribadi" ucap Winter.

"Tidak semudah itu, winter" ucap Giselle.

Winter menatap Giselle disana.
"Kau tidak bisa melakukannya?" Ucap Winter dingin.

Giselle mengela nafasnya mendengar itu. Dia harus membawa banyak uang untuk membawa kembali methaphetamine yang disita polisi.

"Dan jendral kepolisian ingin bertemu denganmu" ucap Giselle.

"Tiba-tiba sekali pak tua itu ingin bertemu, pasti ada yang dia mau" ucap Winter.

"Dia ingin bertemu di tempat biasa" ucap Giselle.

"Baiklah, kau pergi ke kantor polisi dan dapatkan kembali methaphetamine ku. Aku akan pergi menemui polisi korup itu" ucap Winter.

Giselle mengangguk dan dia pergi ke kantor polisi. Sementara Winter menyuruh anak buahnya yang lain untuk menyiapkan mobil didepan.

Winter melihat keatas dan melihat Karina yang sedang menatapnya diatas sana.

"Aku pergi" ucap Winter.

Winter langsung pergi dari sana dengan sangat cepat hingga membuat Karina heran. Baru pulang langsung pergi lagi?

Apakah ada masalah?

"Persetan dengan itu" ucap Karina lalu masuk kembali kedalam kamar.

.

.

.

TBC

WINTER Where stories live. Discover now