BAB 23

4.7K 398 6
                                    

Winter membuka sadar tapi belum membuka matanya. Matanya sangat berat hingga dia tidak bisa membukanya, kepalanya juga pusing.

Ada apa dengannya?

Yang dia ingat, dia tertembak dan...

Wajah Karina yang menangis.

Winter membuka matanya karena merasa ada seseorang yang menindih tubuhnya sekarang. Awalnya masih buram tapi Winter bisa melihat setelah membuka matanya dengan jelas.

Ada seorang anak laki-laki diatas perutnya, sedang menempelkan stiker lucu pada dadanya yang sudah dibalut oleh perban.

"Huh?" Ucap Winter.

Anak laki-laki itu seperti berumur 5 atau 6 tahun? Masih kecil. Winter terdiam melihatnya, sama halnya dengan anak kecil itu.

Tiba-tiba anak kecil itu turun dari tubuhnya dan berlari keluar dengan lucunya sembari berteriak.

"Mama! Dia sudah bangun!!!"

Karina yang sedang membawa air untuk mengelap tubuh Winter,  langsung berlari kesana setelah mendengar teriakkan anak itu.

"Syukurlah kau bangun" ucap Karina.

Karina mendekat kearah Winter dan menempelkan punggung tangannya pada kening Winter. Seperti mencek suhu Winter.

"M-minum" ucap Winter pelan.

Ah, Karina mengerti.

Dia berjalan kearah meja dan membawa teko serta gelas yang ada disana, tapi teko itu tidak ada airnya.

Saat dia akan keluar, tiba-tiba anak tadi datang dengan membawa segelas air dan berjalan kearah Winter yang sudah duduk di pinggir kasur.

"Ini, minlum"

Karina meneguk ludahnya sendiri. Apakah winter akan memukul anak itu? Atau menumpahkan air itu? Bagaimana jika itu benar-benar terjadi sekarang!!

Tapi tanpa diduga Winter membawa gelas itu dan meminumnya.

"Terimakasih" ucap Winter.

Anak itu tersenyum dan duduk disamping Winter sembari terus menatap wanita dingin itu. Sepertinya anak itu tertarik pada Winter.

"Kau sangat cantik. Matamu sebiru langit, rambutmu sangat hitam legam dan kulitmu putih meskipun tidak seputih sister Karina. Aku juga suka tato mu!" Ucapnya semangat.

Huh?

Winter mengernyitkan keningnya.

"Kane! Kemarilah!" Panggil seorang perempuan.

"Ya mama!!"

"Aku harus pergi, mama memanggilku" ucapnya.

Winter mengangguk disana. Anak itu turun lagi dari kasur dan pergi kepada ibunya yang tadi memanggilnya. Sekarang Karina yang mendekat kearah Winter.

"Lukamu belum sembuh, berbaringlah" ucap Karina.

"Ini dimana?" Ucap Winter.

"Kau tahu? Aku menggendongmu dengan sekuat tenaga hingga menemukan rumah ini, untungnya pemilik rumah mengizinkan kita untuk masuk karena kau terluka" ucap Karina.

Tunggu, Karina menggendongnya? Pasti berat bagi Karina, berat tubuhnya 2 kali Karina sendiri.

"Kau sudah menghubungi Giselle?" Ucap Winter.

"Dia akan datang sebentar lagi menggunakan helikopter" ucap Karina.

Winter mengangguk. Giselle benar, jika menggunakan mobil atau motor akan sedikit susah karena medan jalan yang tidak sebaik aspal jalan raya.

Saat sedang berpikir, tiba-tiba Karina mendekat dan memeluknya erat. Winter juga merasa ada air yang menerpa pundaknya.

Karina menangis.

"Kau brengsek. Aku sangat takut jika kau benar-benar mati, sialan" ucap Karina.

"Maaf, aku menempatkanmu dalam bahaya seperti ini" ucap Winter.

"Sudahlah, kau sudah selamat itu sangat cukup. Sekarang istirahat lagi dan aku akan mengganti perbanmu sebentar lagi" ucap Karina.

Karina mundur dan membawa gelas yang diberikan anak tadi pada Winter, dia diam sebentar dan menatap winter yang sedang memegang lukanya.

"Aku kira kau akan memukul anak itu tadi" ucap Karina.

Winter menatap Karina disana.
"Aku harus menyukai anak-anak agar bisa menyesuaikan diri dengan anak kita nantinya" ucap Winter.

Blush...

Mendengar itu, wajah Karina langsung memerah.

Dia adalah seorang wanita dewasa, dia tahu arti ucapan yang dikatakan winter tadi.

Winter memegang tangan Karina.
"Kau mau bukan? Memiliki anak yang lucu dan menggemaskan?" Ucap Winter.

Shit.

Pertanyaan Winter sangat menjebak.

"Aku ingin anak laki-laki dan perempuan. Anak pertama laki-laki dan kedua perempuan, bukankah itu sempurna?" Ucap Winter.

"Aku pikir juga begitu..." Ucap Karina pelan.

Winter tersenyum mendengar itu. Dia menarik tangan Karina hingga Karina duduk di pangkuan Winter. Winter memegang wajah Karina dan mencium kening Karina.

"Mari mulai segalanya dari awal" ucap Winter.

Jantung Karina berdebar sekarang!!! Seperti akan keluar dari tubuhnya! Dia menatap Winter yang sedang tersenyum kearahnya.

"Baiklah" ucap Karina.

Tak salah juga bukan? Mereka harus saling menerima satu sama lain, terutama Karina. Dia harus menerima Winter karena itu adalah takdirnya.

Karina memiliki rasa pada Winter tapi dia selalu memendamnya karena rasa gengsi dan egonya yang lebih tinggi daripada suara hatinya.

Winter sangat perhatian padanya, selalu ada untuknya dan selalu membuat Karina tersenyum meskipun kesal beberapa kali.

Karina menyukai itu.

Dia sangat suka saat bersama Winter.

Momen yang dia habiskan dengan Winter selama ini seperti memori kosong yang hitam putih. Tidak ada warna apapun selain itu, tapi sekarang mereka akan menghapus memori itu dan menggantinya dengan memori yang lebih berwarna.

Mereka mencoba untuk bersama dan memiliki momen yang lebih berwarna.

.

.

.

TBC

WINTER Where stories live. Discover now