BAB 50

3K 291 0
                                    

Keesokan harinya...

Mereka sedang berada di sebuah pemakaman khusus, banyak sekali orang-orang dengan pakaian hitam yang memadati area pemakaman.

Karina juga kesana karena Winter menyuruhnya untuk ikut, Karina adalah kesayangan Vasya.

Vasya mengalami serangan jantung semalam, itulah penyebab kematiannya.

Karina memakai pakaian serba hitam, seperti orang-orang pada umumnya jika saat menghadiri sebuah pemakaman.

Pendeta sedang melakukan doa saat peti jenazah Vasya dimasukkan kedalam tanah, mafia juga memakai jasa seorang pendeta rupanya.

"Kau tak apa?" Ucap Karina.

"Ya, aku baik" ucap Winter.

Setelah acara pemakaman selesai, satu-persatu orang-orang mendekat untuk memberikan bunga di makam ayahnya itu.

"Kau harus kuat, Winter. Tanggung jawab besar sudah menunggumu sekarang" ucap tangan kanan Winter.

Winter hanya mengangguk.

Karina bisa melihat jika Winter memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sudah berkaca-kaca.

Dia memegang tangan Winter lalu menggenggamnya sembari melihat orang-orang yang masih memberikan bunga pada makan ayah Winter.

Dia juga sedih melihat Winter sedih, entah kenapa.

Setelah semuanya sudah selesai memberikan bunga, Winter dan Karina mendekat kearah makam Vasya.

"Dia ayahmu kan" ucap Karina.

"Ya, dia juga ayah mertuamu dan ayahmu juga" ucap Winter.

"Aku ingat itu, meskipun hanya sedikit" ucap Karina.

"Kenapa pak tua ini pergi secepat ini" ucap Winter.

Karina hanya diam disana.

"Menangislah jika ingin, jangan ditahan seperti itu" ucap Karina.

"Aku akui jika dia memang brengsek dan pria bajingan, meninggalkan istri sahnya untuk seorang selingkuhan. Dengan bodohnya mendukung putrinya yang jelas-jelas sudah salah dan menelantarkan putrinya yang sesungguhnya, tapi tetap saja.... Dia adalah ayahku, orang yang berperan penting didalam hidupku. Tanpanya, aku tidak akan kuat seperti sekarang. Kami sering bertengkar tapi hal itulah yang membuat kami dekat. Dan semenjak kau datang di kehidupanku, kau membuatku dan ayahku menjadi semakin dekat. Dia menyayangimu melebihi diriku, karena kau menantu dan putrinya. Dia berjuang melawan penyakit setelah tua dan mati seperti sekarang" ucap Winter.

"Rasanya aneh, dadaku terasa sesak saat mengingat kenangan bersamanya. Saat ingat pertama kali diajari menembak, dihukum dan saat aku diangkat untuk menggantikannya sebagai ketua Salvatrucha. Ternyata aku sudah membuat banyak kenangan bersamanya tanpa aku sadari" ucap Winter.

"Aku sangat menyesal karena belum sempat meminta maaf padanya untuk semua yang terjadi, aku belum sempat berbicara layaknya seorang anak dan ayah, kami belum benar-benar menjadi seorang anak dan ayah" ucap Winter.

"Ayahmu pasti sudah memaafkanmu, semua orang tua selalu memaafkan anaknya" ucap Karina.

"Kesalahanku padanya terlalu banyak dan besar, menurutmu apakah dia akan memaafkanku?" Ucap Winter.

Karina merangkul bahu Winter, menepuk-nepuknya untuk menenangkan Winter disana.

Mereka kembali setelah hari sudah menjadi kejinggaan, artinya sudah sore.

Karina duduk diatas kasur, dia masih menunggu winter yang masih belum keluar dari kamar mandi. Setengah jam yang lalu Winter masuk kedalam kamar mandi, katanya ingin mandi. Tapi dia belum keluar semenjak itu.

Apakah Winter baik-baik saja didalam sana?

"Aku harus bagaimana" ucap Karina.

Haruskah dia menyuruh seseorang untuk mendobrak pintu itu?

Lalu pintu kamar mandi terbuka, keluar Winter dengan rambut basah dan mata yang sembab?

"Ada apa?" Ucap Winter.

"Ah, tidak. Kemarilah, aku akan mengeringkan rambutmu" ucap Karina.

Winter terkekeh lalu duduk dibawah sedangkan Karina diatas hingga Karina mudah untuk menggusak rambut Winter.

"Kenapa tidak menggunakan hair dryer? Bukankah lebih cepat kering jika menggunakan benda itu?" Ucap Karina.

"Bukankah kau yang bilang padaku agar tidak menggunakan benda itu karena akan merusak rambut" ucap Winter.

"Aku berkata seperti itu?" Ucap Karina.

Winter mengangguk.

Lalu hening. Mereka tidak berbicara lagi setelah itu, hanya terdengar suara gesekan rambut Winter saja.

"Bukan bermaksud apa-apa, tapi aku hanya ingin mengatakan jika tak apa untuk menunjukkan sisi lemahmu. Terkadang kau harus menunjukkan sisi itu, jangan terus menunjukkan sisi kuatmu" ucap Karina.

"Aku seorang ketua, aku tidak boleh menangis" ucap Winter.

"Kata siapa? Ketua juga manusia bukan? Terkadang menangis bukan menunjukkan jika seseorang cengeng atau apapun, tapi menandakan jika orang itu memiliki perasaan" ucap Karina.

"Aku sudah menunjukkan sisi itu padamu setiap aku memiliki masalah yang berat, setiap saat" ucap Winter.

"Tapi aku tidak mengingatnya" ucap Karina.

"Karena itu, cepatlah ingat semuanya" ucap Winter.

Setelah rambut Winter kering, mereka tidur di kasur yang sama. Untuk malam ini saja Karina mengizinkan winter untuk tidur bersamanya.

"Tidurlah" ucap Karina.

"Duluan saja, aku belum bisa tidur" ucap Winter.

"Kau tidak akan tidur jika aku tidur duluan! Cepat tidur!" Ucap Karina.

Winter menarik pinggang Karina lalu memeluk Karina, ini adalah posisi ternyaman Winter saat mereka tidur bersama seperti dulu.

"Good night" ucap Winter.

"Too" ucap Karina.

.

.

.

TBC

WINTER Where stories live. Discover now