BAB 30

3.6K 313 1
                                    

Malam harinya...

Winter dan Giselle sedang diatas membicarakan sesuatu. Sepertinya mengenai pekerjaan mereka. Dibawah, Karina dan Ningning sedang makan camilan sembari menonton episode terbaru drama Korea.

Lalu datang seorang anak buah Winter yang membawa kotak besar. Kotak itu paket.

"Nyonya, ada paket untuk anda"

"Aku? Aku tidak memesan apapun" ucap Karina bingung.

"Mungkin Winter yang memesannya untukmu" ucap Ningning.

Benar juga.

Karina menyuruh anak buah Winter untuk menaruh kotak itu diatas meja depan mereka lalu pergi dari sana. Karina dan Ningning berdiri lalu menatap kotak itu.

"Kira-kira apa isinya" ucap Karina penasaran.

"Mungkin itu baju bayi atau mainan!" Ucap Ningning.

"Kau benar! Atau ini troli bayi yang aku inginkan? Astaga! Winter sangat baik! Aku semakin jatuh cinta padanya!" Ucap Karina.

Ningning memutar bola matanya. Karina sangat bucin sekarang.

Karina mendekat lalu membuka solasi yang ada pada kotak itu. Perlahan, saat akan dibuka tiba-tiba tercium bau busuk didalam kotak itu.

"Masa troli bayi sebau ini?" Ucap Karina.

Dan saat dibuka, ada 3 kepala...

Manusia.

Sontak mereka berdua berteriak sekencang-kencangnya sehingga Giselle dan winter turun dengan cepat.

"Winter!!!!!" Teriak Karina.

Karina sampai terjatuh saking kagetnya. Membuat perutnya sedikit sakit karena membentur sofa yang ada dibelakangnya.

"Ada apa!" Teriak Winter panik.

Dan dia melihat isi kotak itu. Winter mengerutkan keningnya, bukankah itu ibu Katya dan kedua anak itu?

"Apa-apaan ini! Singkirkan itu sekarang juga!!" Teriak winter marah.

Winter berjalan kearah Karina yang sudah menangis sembari memegangi perutnya disana.

"Kau baik-baik saja? Apakah perutmu sakit?" Ucap Winter.

"I-itu kepala..."

"Sssttt. Ayo ke kamar" ucap Winter.

Winter mengangkat tubuh Karina dan berjalan kearah kamar. Saat Karina membenamkan wajahnya pada dada Winter, ekspresi wajah Winter sangat dingin hingga semua orang menelan ludah mereka.

"Winter... Apakah itu ibu Katya dan kedua anak yang kita titipkan tadi?" Ucap Karina.

"Tidurlah, sudah malam" ucap Winter.

"Tap—"

"Karina Ivanovich Salvatrucha" ucap Winter.

Ah, dia harus tidur jika begini.

"Aku takut, temani aku" ucap Karina.

Winter langsung naik keatas kasur dan memeluk Karina yang mencoba tidur itu. Tapi Karina tidak bisa tidur karena terus teringat dengan kejadian tadi, dimana ketiga kepala itu masih ada darahnya.

"Winter..." Ucap Karina pelan.

"Aku disini" ucap Winter.

"Aku takut..." Ucap Karina sembari menangis.

Winter menghela nafasnya. Dia mencium kening Karina dan bibirnya.
"Aku disini, jangan takut. Sekarang tidurlah, aku tidak akan kemana-mana sampai kau tidur" ucap Winter.

Karina mengeratkan pelukannya pada Winter dan mencoba untuk tidur. Karina sudah mulai rileks dan perlahan menutup matanya.

Karina sudah tertidur.

Beberapa saat kemudian, Winter melepaskan pelukan Karina padanya dan turun dari ranjang.

"Giselle" ucap Winter.

"Aku didepan" ucap Giselle yang ada didepan kamar mereka.

"Cari siapa yang melakukan itu. Berikan hasilnya sekarang juga" ucap Winter dingin.

"Okay bos" ucap Giselle.

Lalu terdengar Karina yang mengigau. Karina menangis sembari menyebutkan nama ibu Katya serta kedua anak tadi.

Winter mendekat kearah Karina lalu menepuk-nepuk tangan Karina. Dia mencium bibir dan kening Karina, menenangkan Karina dalam tidurnya.

Dan Karina tidur dengan damai lagi.

Setelah itu, Winter berdiri dan keluar kamar. Dia berjalan kearah depan mansion. Dimana kotak itu ada disana.

"Kuburan mereka dengan layak" ucap Winter.

"Winter, itu dia" ucap Giselle.

"Bajingan brengsek. Serang kediamannya sekarang juga" ucap Winter.

.

.

.

Winter memasuki sebuah rumah yang terdapat bendera Rusia yang berkibar gagahnya didepan rumah.

Terlihat banyak penjaga rumah yang sudah mati karena tertembak anak buahnya, mayat berserakan dimana-mana.

"Aidan, aku membiarkanmu karena itu adalah pesan dari presiden. Tapi kau sudah keterlaluan dengan membunuh orang-orang yang tidak bersalah" ucap Winter dingin.

Terlihat Aiden yang sudah babak belur karena dipukuli oleh anak buahnya. Dia terus tertawa saja.

"Kau tidak bisa membunuhku" ucap Aidan.

"Aku bisa membunuhmu" ucap Winter.

"Kau yakin? Kau tidak takut dengan presiden? Dia masih melindungiku, kau tidak bisa membunuhku" ucap Aiden.

"Persetan dengan presiden" ucap Winter.

Dia berjongkok dan membawa pistolnya. Winter menebak kaki Aidan terlebih dahulu, lalu tangannya.

"Aku sudah memberitahumu untuk tidak bermain main denganku. Kau tikus kotor pemerintahan" ucap Winter.

Saat dia akan menembak kepalanya. Tiba-tiba pintu depan terbuka dan terdengar suara sepatu militer yang jumlahnya lumayan banyak.

"Hentikan itu" ucap seseorang.

Winter berbalik kebelakang.
"Salam pada presiden tercinta kita" ucap winter sembari tertawa.

"Jangan membunuhnya, dia masih dalam lindungan pemerintah" ucap Putin.

"Dia membunuh ibu istriku" ucap Winter.

"Aku akan menghukumnya. Serahkan semuanya padaku" ucapnya.

"Serahkan? Setiap kali aku menyerahkan sesuatu padamu, sesuatu itu tidak pernah berjalan dengan keinginanku" ucap Winter dingin.

Presiden mendekat lalu memegang pistol yang sedang dipegangnya lalu membawanya.

"Kita adalah keluarga dan mitra. Aku harap kau mengerti dan mundur. Aidan masih berguna untuk Rusia, setelah dia tidak berguna lagi, kau bisa melakukan apapun padanya" bisik presiden padanya.

Winter menyeringai.
"Tepati ucapanmu tuan presiden" ucap Winter.

"Tentu" ucapnya.

Winter mengambil kembali pistolnya dan menatap Aidan. Dia berjongkok dihadapan pria gila itu lalu memukul wajahnya sekali lagi.

"Jangan macam-macam kedepannya. Bersyukurlah kepada presiden karena mencegahku untuk membunuhmu" ucap Winter.

Winter berdiri lalu berjalan keluar dari rumah itu bersama anak buahnya yang ada disana.

.

.

.

TBC

WINTER Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora