CH.14: On The Way To Bali

45.6K 3.2K 1K
                                    

❗DILARANG SILENT READERS❗

Cara menghargai sebuah karya adalah dengan memberi bintang, komentar dan memfollow author 🧊🐬.

‼️ HAPPY READING ‼️



🍒🍒🍒

Malam itu, tepat pukul tiga pagi. Sadewa, Armos dan Erza berhasil dibuat panik karena suhu tubuh Jevgar yang terus meningkat, sedangkan diantara ketiganya tidak ada yang bisa mengurus orang sakit.

Posisi mereka bertiga saat ini adalah Armos yang duduk di tepi ranjang tempat tidur, Erza yang sibuk mengotak-atik handphone mencari tata cara merawat orang sakit di internet dan Sadewa yang sibuk dengan kotak obat mencari obat pereda panas.

Wajah panik sekaligus khawatir baru kali ini mereka keluarkan di hadapan Jevgar, pasalnya kematian sang ibu pasti berdampak sangat buruk bagi Jevgar. Karena, setahu mereka Jevgar sangat menyayangi ibunya walaupun terlihat biasa saja dan tidak begitu akrab.

Yang pasti, bagi Jevgar ibunya lebih penting dari hal apapun itu di dunia ini. Jika harus memilih Jevgar mungkin lebih nyaman tinggal bersama ibunya, sayangnya hak asuh dimenangkan oleh ayahnya yang kini lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan anaknya sendiri.

"Bawa ke rumah sakit ajalah, Dew," ucap Armos yang sudah menatap Jevgar dengan raut wajah kasihan.

Sejak awal mengenal Jevgar, cowok itu tidak pernah menunjukkan kelemahannya di hadapan siapa pun, itu juga yang menjadi alasan mengapa Jevgar sangat ditakuti. Tapi kini situasinya berbeda, Jevgar terbaring lemah diatas ranjang tempat tidur dengan mata tertutup rapat.

Setiap kali Jevgar merasa sedih, suhu badannya selalu meningkat. Mungkin terlalu banyak masalah yang cowok itu pendam sendirian, itu sebabnya Armos, Erza dan Sadewa selalu merasa khawatir bila Jevgar demam.

Armos menatap Jevgar dengan kasihan, "Kebiasaan banget sih lo Jev kalo sedih langsung panas,"

"Badan doang kaya preman, sedih dikit langsung sakit demam," celetuk Erza pedas.

Di tengah kekhawatiran ternyata diam-diam Jevgar mendengarkan semua celotehan ketiga temannya, hanya saja matanya enggan ia buka karena pasti ketiga temannya akan heboh sendiri. Namun, saat mendengar celotehan itu menjadi kalimat ejekan rasanya Jevgar ingin melayangkan pukulannya ke wajah Armos dan Erza detik ini juga.

"Bangsat!" ucap Jevgar dengan wajah pucat pasinya. Semuanya terdiam, Sadewa yang sedari tadi sibuk mencari obat-obatan di kotak obat seketika berhenti dari aktivitasnya.

Sadewa menoleh ke arah Jevgar. "Lo, udah sadar?"

"Gue gak pingsan," jawab Jevgar ketus.

"Lah, lo dari tadi dengerin omongan kita semua?" tanya Armos yang sudah ketakutan.

Jevgar menatap horor. "Menurut lo?"

"Gue kira lo diambang kematian, Jev," celetuk Erza sambil menghela napas lega.

Jevgar tersenyum jahat, kemudian cowok itu bangun dari posisi tidurnya menatap satu persatu wajah dari ketiga teman akrabnya.

"Pesenin gue tiket ke Bali," ucap Jevgar dengan tiba-tiba, membuat ketiga cowok yang berada di hadapannya langsung terkejut bukan main.

"Lo sakit Jev, udah bosen hidup?" tanya Armos dengan kesal.

Jevgar melirik tajam ke arah Armos. "Cuma panas, gak berasa juga,"

Jevgar The Story Of SheanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang