Bab. 17 ||Perasaan Detak Jantung||

113 16 2
                                    

Bab. 17

"Kak Vano, kamu pergi duluan?"

Gallendra menatap Elvano yang telah bersiap-siap berangkat sekolah dengan tercengang.

"Ya. Idiot Lendra, kamu makan saja."

"Elvano!"

Senyum tipis kembali muncul dimata biru langitnya.

"Aku akan membiasakan diri dengan lingkungan."

"Bagaimana jika kamu tersesat?"

"?"

"Lalu, jika sesuatu terjadi padamu apa yang harus aku lakukan?"

"??"

"Jika ada gangster yang mengganggumu karena wajah itu..."

"Dan apa kamu tahu dimana sekolah kita?"

"???"

Semakin banyak tanda tanya melayang muncul di kepalanya saat mulut Gallendra terus membuka dan menutup tanpa lelah seperti meriam dan menembaknya dari sembarang arah.

"Kamu pikir aku anak berusia tiga tahun?"

"Bukan?"

Wajah tampan dan bersudut itu mengeras, tekanan rendah mulai muncul di tubuhnya saat dia menatap Gallendra dengan ganas. Meskipun dia sedikit takut, Gallendra masih mengkhawatirkan keadaan amnesia saudara laki-lakinya.

Arsenio menutup mulut Gallendra yang masih akan berbicara setelah melihat wajah Elvano yang semakin gelap, dengan tawa canggung dia menganggukkan kepalanya kearah saudara laki-laki temannya.

"Silahkan pergi, kami masih punya sesuatu untuk diurus untuknya."

"Benar, jika kamu tidak tahu dimana sekolah kita, kamu bisa bertanya atau memakai maps."

Sisanya menganggukkan kepalanya dan menutupi tubuh Gallendra dengan perlindungan, bahkan Algibran yang sering bertengkar dengan Gallendra mencoba menutupi mata ganas Elvano dari tubuh temannya.

Elvano menatap perlindungan canggung ini terhadap saudara laki-lakinya dengan aneh, tapi dia masih menganggukkan kepalanya dan pamit kepada ayah dan ibunya yang hanya menonton dengan senyum di wajah mereka.

"Ayah, Bu aku pergi."

"Hati-hati~"

"Hm."

....

Setelah berkeliling di sekitar rumahnya, jam telah menunjukkan pukul enam empat puluh lima, jadi dia membuka maps yang terpasang di ponselnya. Karena sekolah dimulai pukul setengah delapan pagi, Elvano tidak terburu-buru untuk berangkat melainkan dia menikmati pemandangan indah di sekelilingnya.

Tanpa disadari, sebuah mobil merah melaju dengan kencang dan menabraknya!

Mungkin karena belum lama ini dia berpindah ke tubuh ini karena ledakan bom di pesawat, otaknya masih sedikit linglung dan tidak merespon bahaya, jadi dia terjatuh dan berguling setelah motornya tertabrak mobil merah itu.

Sebelum dia menunjukkan ketidaksabaran dan kemarahan di hatinya, tangan kecil dan lembut seorang wanita membantunya berdiri.

!!!

Dia, dia disentuh oleh seorang wanita!?

Dan, dia tidak merasakan ketidaknyamanan psikologis saat seseorang menyentuh atau dekat dengannya tanpa persetujuannya!?

Mata peach nya melebar karena terlalu terkejut, dia tidak merespon saat gadis itu berbicara.

Matanya menatap wajah gadis itu yang sangat cantik, dengan wajah biji melon, alis ramping, mata seperti kelopak bunga yang bermekaran dengan mata kuning yang cerah dan dingin, hidung kecil yang tinggi, kulit putih, bibir kecil semerah darah, tinggi satu meter enam puluh, bertubuh kecil tapi sangat proporsional, dan rambut panjangnya yang diikat kuncir kuda bergetar yang membuatnya terlihat segar dan muda dengan ketidakpedulian diantara alisnya.

Alvaro To Elvano [Kisah Cinta Pria Gila: Penebusan Dua Arah] (REVISI)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt