Bab. 41 ||Grethania, Jasver, dan Nathan||

12 2 0
                                    

Bab. 41

"Pagi."

Aleta menatap Elvano yang sudah bersiap dan membuat sandwich dengan susu di atas meja dengan terkejut.

"Untukku?"

"Ya."

"Bagaimana denganmu?"

Mengigit sandwich dengan gigitan kecil, dia menatap Elvano dengan bingung.

"Aku sudah memakannya."

"Baiklah."

"Tunggu sebentar."

Aleta memiringkan kepalanya dan menatap Elvano yang berjalan menuju dapur dengan bingung.

"Ini."

Elvano memberikan kotak makan siang ditangannya dan menatap Aleta dengan mata biru langitnya yang berbinar seolah meminta pujian.

Aleta tertawa, dia mengambil kotak makan siang yang diberikan oleh Elvano dan melihat isinya yang kaya, menekan keterkejutan dihatinya, Aleta menggosok rambut lembut Elvano.

"Terimakasih."

"Terimakasih kembali."

Merasa hangat dihatinya saat mendapatkan perhatian yang tidak pernah diberikan oleh Algibran, Aleta mengambil inisiatif untuk memegang tangan Elvano yang dingin.

"Kenapa tanganmu dingin?"

"Ini selalu seperti ini."

"Saat pulang sekolah, mari kita beli sesuatu untukmu."

"Kenapa?"

"Aku akan membelikan mu sarung tangan."

"Ini tidak perlu."

Elvano menggelengkan kepalanya saat dia menatap Aleta dengan wajah serius.

"Tanganmu saja sudah cukup untuk menghangatkan tanganku."

"... Ini tidak bisa dilakukan."

Sudut bibirnya berkedut melihat Elvano dengan wajah lurus berkata dengan kata-kata yang manis dan romantis.

"Hah, kenapa?"

"Aku tidak akan bisa memegang tanganmu selalu tahu."

"..."

Mereka memulai percakapan saat mereka akan berangkat sekolah dengan suasana yang hangat.

....

"Aku pergi."

"Bisakah nanti kita makan bersama?"

"Tentu saja."

Elvano tersenyum dan menatap punggung Aleta yang pergi menuju kelasnya. Setelah melihat Aleta tidak bisa melihatnya lagi, senyum yang ada di wajahnya menghilang dan hanya menyisakan kedinginan seolah bisa membekukan siapa saja yang mendekatinya.

"Kakak!"

Remaja berambut pirang keemasan itu memutar kepalanya dan melihat remaja berambut pirang gelap berlari kearahnya dengan senyum cerah di wajahnya.

Wajah dingin itu sedikit melunak setelah melihat adik laki-lakinya.

"Hati-hati."

"Oh kakak! Aku bukan anak kecil lagi!"

"Ya, ya, ya."

Gallendra mengabaikan nada saudara laki-lakinya yang asal-asalan. Dia menatap Elvano dengan senyum lebar saat dia menyipitkan matanya untuk menutupi cahaya gosip di matanya.

"Bagaimana tinggal bersama seorang gadis yang kamu sukai?"

"Ini aneh."

"Hah, bagaimana bisa aneh?"

Alvaro To Elvano [Kisah Cinta Pria Gila: Penebusan Dua Arah] (REVISI)Where stories live. Discover now