Bab. 19 ||Murid Baru (1)||

92 12 4
                                    

Bab. 19

"Oke. Ini."

Aleta berhenti dan menunjuk kantor kepala sekolah dengan jarinya yang ramping. Elvano menjilat bibirnya setelah melihat jari yang ramping dan indah untuk memainkan piano menunjuk, dia memalingkan kepalanya dan melihat kantor dengan suasana hangat dengan mata biru langitnya.

"Aku pergi."

Tanpa menunggunya bereaksi, Aleta berlari meninggalkan Elvano yang tertegun. Mencerutkan bibirnya, dia berjalan menuju kantor kepala sekolah.

....

Seorang pria berusia tiga puluh lima tahun dengan wajah jujur, temperamen lembut dan berpendidikan dan rambut yang tertata dengan rapi kini sedang berkutat dengan dokumen yang ada di atas mejanya mendengar ketukan pintu, tanpa mengangkat kepalanya dia berkata dengan nada lambat.

"Masuk."

"Kepala sekolah, ini formulir pendaftaran siswa baru."

Kepala sekolah mengangkat kepalanya dan melihat seorang remaja dengan rambut pirang emas dan mata biru langit yang sedang berdiri diam di depannya, tiba-tiba dia memiliki ilusi bahwa yang berdiri di depannya adalah seorang pangeran dari negeri dongeng.

Kemudian dia menyadari bahwa remaja ini sangat tinggi. Masih bisa dimengerti jika anak laki-laki akan tumbuh satu meter delapan puluh atau lima, tapi anak ini...

Apa itu satu meter sembilan puluh atau dua?

Elvano menyerahkan dokumen yang ada ditangannya ke meja kepala sekolah dan menunggu dengan tenang untuk kepala sekolah bereaksi.

"Oh."

"Ayahmu sudah berbicara denganku, dengan prestasimu sebelumnya kamu bisa saja melewatkan kelas dan hanya perlu mengikuti ujian saja. Tapi jika kamu sangat menyukai belajar dan tidak perlu melewatkan kelas, saya dan guru yang lainnya akan lebih senang."

"Bisa melewatkan kelas?"

"Ya."

Sosok Aleta tiba-tiba muncul dibenaknya, Elvano menarik sudut bibirnya tanpa jejak.

"Tidak perlu. Aku akan menghadiri kelas."

"Bagus."

"Seharusnya kamu dipindahkan ke kelas 3 tapi saya memindahkannya kelas 2-2 agar kamu bisa beradaptasi dengan kelas kita, setelah itu terserah dirimu jika ingin pindah atau tidak, apa tidak apa-apa?"

"Tidak masalah."

"Jika kamu mempunyai sesuatu yang lain katakan saja."

"Aku ingin tahu..."

Kepala sekolah menunggu dengan tenang saat Elvano membuka mulutnya.

"Dimana kelas Aleta Quenby Agatha?"

"Hah?"

"Kelasnya ada dimana?"

"Kelas unggulan 2-1, sebelah ruang kelas kalian."

"Terimakasih."

"... Tunggu sebentar."

"Ada apa?"

"... Kamu bisa langsung masuk ke kelas, saya sudah mengatakannya pada Pak Rendra."

"Ya."

Kepala sekolah menatap punggung Elvano selama beberapa detik, dia menghela napas panjang dan melambaikan tangannya.

"Lupakan, murid jenius seperti ini lebih sulit untuk ditangani."

Seorang gadis muncul dibenaknya, kepala sekolah menghela napas lagi dengan perasaan menyesal.

Alvaro To Elvano [Kisah Cinta Pria Gila: Penebusan Dua Arah] (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang