Bab. 44 ||Masalah (3)||

10 2 0
                                    

Bab. 44

"Hah."

Aleta membuka matanya dan menatap Elvano yang tidak tahu berapa kali dia menghela napas dengan kesal.

"Elvano, jika kamu lapar kamu bisa makan bersamaku."

"Aku tidak lapar."

Menopang kepalanya dengan tangannya, Elvano menatap Aleta yang sedang makan dengan suasana hati yang lebih baik. Dia menghela napas hanya untuk mencoba menghilangkan kemarahan di hatinya.

Sangat marah.

Tapi semakin dia berpikir, semakin marahnya dia, karena setiap kali dia tidak mencoba memikirkan apapun, Lucano yang menatap Aleta dengan tatapan terpesona selalu melintas di benaknya.

"Buka mulutmu."

Tanpa sadar dia membuka mulutnya, kemudian sebuah makanan masuk kedalam mulutnya yang membuat pikirannya yang berlari liar berhenti dan mengalami korsleting sesaat.

Matanya tanpa sadar menatap sendok yang telah dia gunakan digunakan lagi oleh Aleta, wajahnya yang dingin menjadi merah.

Aleta menatap wajah merah Elvano dengan tatapan tertarik, ini pertama kalinya dia melihat orang dengan wajah dingin akan memerah.

"Ciuman tidak langsung."

Wajah Elvano menjadi semakin merah hingga mencapai leher dan telinganya.

"Hahaha."

Senyum muncul diwajahnya yang cantik, saat Aleta tertawa melihat wajah Elvano yang semakin merah. Menelan makanan yang ada di mulutnya, Elvano menggertakan giginya gerahamnya setelah ditertawakan olehnya.

Tanpa menunggu Aleta bereaksi, Elvano mencium Aleta yang menertawakannya.

Tertegun.

Perasaan kenyal, lembut, dan hangat di bibirnya membuat Elvano menatap wajah Aleta yang merah dan matanya yang kosong dengan mata biru langitnya.

Meskipun hanya saling menempelkan bibirnya, Elvano tanpa sadar menjilat bibir kecil dan manis yang ada didepannya.

Aleta yang tersadar melebarkan matanya dan mundur, jari-jarinya menunjuk Elvano dengan bergetar.

"Kamu..."

"Kamu..."

Elvano menjilat bibirnya dan menatap Aleta yang menunjuk padanya dengan jari bergetar.

"Itu ciuman pertamaku."

Aleta merasa jantungnya akan meledak!

Ini adalah pertama kalinya dia merasakan detak jantung yang berdebar-debar hingga dia tidak tahu harus berkata apa, seolah pikirannya ditarik oleh sesuatu dan bibirnya direkatkan oleh sebuah lem.

Bahkan untuk Algibran saja dia tidak pernah merasakan detak jantung yang berdetak kencang, seolah itu akan meledak di detik berikutnya.

"Kamu... Kamu..."

Gempa pupil jpg.

Pupil dimata kuning itu terus bergetar dan tidak tahu harus berkata apa, hanya ada satu kata yang bisa keluar dari bibirnya.

"Persetan."

Apel adamnya berguling melihat bibir merah dan mengkilap itu terbuka dan tertutup di depan matanya seolah menggoda dirinya, Elvano memalingkan matanya dan menatap mata kuning cerah yang tidak berkata-kata.

Mata biru langit itu menatap Aleta dengan mata dalam, sudut bibirnya terus bengkok dan akhirnya menjadi sebuah senyum lebar.

"Hehehe, ini seri."

Alvaro To Elvano [Kisah Cinta Pria Gila: Penebusan Dua Arah] (REVISI)Where stories live. Discover now