Bagian 1

24.6K 884 105
                                    

"Amber, jangan masuk ke hutan itu, AMBER!"

"IBU TIDAK AKAN BISA MENANGKAPKU!"

"IBU BILANG KEMBALI, DASAR GADIS NAKAL! IBU AKAN MEMUKUL PANTATMU NANTI, LIHAT SAJA!"

Amber Charllene, gadis yatim piatu. Tidak tahu apa motif kedua orang tuanya membuangnya tepat di depan pintu rumah wanita paruh baya bernama Renatha Charllene. Jika kalian mengira Amber adalah gadis kecil yang nakal, kalian salah. Dia kini berusia 18 tahun. Tingkah lakunya memang seperti itu, senang sekali membuat wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya itu marah padanya.

Marah bukan berarti benci, tapi bisa juga menyatakan rasa kekhawatiran karena rasa sayang. Renatha sangat menyayangi Amber seperti ia menyayangi anaknya sendiri yang telah meninggal 20 tahun silam. Suaminya? Dia hamil tanpa suami. Orang tuanya mengusirnya saat tahu dia hamil di luar nikah. Meski begitu, dia tetap menajalani hidupnya dengan bahagia, ditambah ia sekarang mempunyai satu keluarga lagi yang tidak akan pernah meninggalkannya.

Renatha menghela nafas pasrah melihat Amber lari semakin jauh ke dalam hutan. Dia sebenarnya tahu ke mana tujuan anak itu, karena dari kecil dirinya dan Amber sering kali ketempat itu untuk sekedar menenangkan pikiran. Tapi yang ia khawatirkan adalah karena hari akan menjelang malam, dan di hutan akan sangat berbahaya. Apalagi akhir-akhir ini ia sering mendengar gosip tentang makhluk penghisap darah yang suka berkeliaran di malam hari.

"Kenapa lagi, Re? Ricuh lagi dengan anak gadismu?"

Renatha menoleh ke sumber suara. Nico, tetangganya yang seorang tukang kebun. Terlihat di kedua tangannya ia membawa dua ember air. Renatha berjalan mendekatinya.

"Ya, seperti biasa. Dia sangat bandel sekali meskipun sudah beranjak dewasa. Harus aku kasih makan apa dia biar menurut padaku?!"

"Ha ha ha, ya ampun. Biarlah dia bermain sesukannya. Dia sebentar lagi akan menikah, kapan lagi dia bisa menikmati ini di saat dia sudah bersuami nanti?"

"Cih, kau ini bicara apa! Aku tidak berniat menikahkan anakku itu sampai dia sendiri yang memintanya, lagipula dia tidak sedang dekat dengan pemuda manapun."

"Ya ya ya, biarlah ia seperti ibunya ini. Sudah aku tawarkan menikah denganku tapi kau tidak mau. ck ck ck, rugi sekali!"

"APA KAU BILANG, NICO!? ULANGI!"

Nico bergegas lari dengan susah payah akibat membawa dua ember air penuh di kedua tangannya sebelum sandal yang tadinya terpasang cantik di kaki Renatha mendarat di kepalanya atau punggungnya.

Renatha berkacak pinggang. Tidak anaknya tidak tetangganya sangat suka sekali membuatnya cepat tua. Wanita itu kembali melirik hutan yang sudah sedikit tertutup kabut. Rasa khawatir kian semakin membesar. Tetapi dia mencoba berpikiran positif tentang putrinya itu. 'Huft ... Dia pasti akan kembali sebentar lagi, pasti! Dia belum makan dari tadi siang, perutnya itu pasti akan memberontak. Dan juga, dia selalu membawa senjata yang ia anggap sebagai temannya itu ke mana-mana, dia pasti akan baik-baik saja.'

Renatha berjalan meninggalkan tepi hutan menuju rumahnya yang tidak jauh dari sana. Rumah sederhana dan nyaman yang terbuat dari kayu. Hanya sedikit penduduk saja yang mendiami tempat itu. Mereka sangat jauh dari keramaian kota, untuk hidup pun masih sangat bergantung pada alam.

Malam sudah datang. Amber mengistirahatkan tubuhnya di bawah sebuah pohon rindang. Dia sudah berada di tepi sungai yang biasa ia dan ibunya itu kunjungi. Tidak tahu mengapa dia sangat ingin mengunjungi sungai itu di waktu seperti ini.

Berjalan mendekat batu besar yang berada di tepi sungai dan mencelupkan kedua kakinya di sana, merasakan kesejukan air sungai tersebut. Matanya terpejam menikmati.

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now