Bagian 13

4.5K 206 22
                                    

Amber mengelus dahinya yang sakit setelah mendapat sentilan lumayan keras dari Giovanni yang sudah berdiri dari atas tubuhnya. Giovanni tersenyum tipis melihat muka Amber yang merajuk, lalu memasang muka dinginnya. "Sampai kapan kau mau berbaring di sana? Cepat bekerja!"

Amber memanyunkan bibirnya. Tangannya mengelus dahinya yang sudah dipastikan memerah itu. Amber bangkit dan menatap Giovanni malas. Gadis itu melipat tangannya di depan dadanya. "Kau menyuruhku bekerja tapi kau tidak memberitahuku dari kemarin apa pekerjaanku. Lalu, aku harus apa?!"

"Oh, ya? Aku lupa. Baiklah, pekerjaan tetapmu adalah ...."

"Aha ...?"

"Adalah ..."

"Cih, jangan bertele-tele! Ayo, cepat katakan!"

"Kenapa kau tidak sabaran sekali. Ini mulutku jadi terserah padaku!"

Amber menghela nafas lelah, memang musuh pria ini sangatlah tidak mudah. Gadis itu memijat pelan keningnya dan pura-pura menguap.

" ... Menemaniku."

"Apa?"

"Menemaniku. Kau tidak mengerti?"

"Kau tiba-tiba mengatakan itu jadi aku tidak paham maksudmu!"

"Ck, dasar bodoh sekali! Itu sambungan dari ucapanku tadi!"

Amber melongo. Pekerjaan macam apa lagi itu? Hanya menemaninya? Ayolah, ia ingin bekerja dengan sungguh-sungguh bukan bercanda seperti ini. Dia hendak mengungkapkan protesnya, tapi Giovanni membungkam terlebih dahulu mulutnya dengan kecupan manis yang singkat. Amber mengerjapkan matanya.

Giovanni lalu menarik tangan Amber untuk duduk di kursi di depan meja kerjanya. Giovanni kembali sibuk dengan pekerjaannya. Pekerjaan yang ia maksud adalah pekerjaannya sebagai pangeran. Banyak berkas yang ia bawa dari dunia immortal untuk ia kerjakan di sini.

Beberapa jam telah berlalu, dan sekarang menunjukkan pukul sembilan malam. Amber sampai menguap beberapa kali. Dia mengantuk dan juga bosan sekali. Giovanni sendiri juga masih terlihat serius mengerjakan berkasnya. Tangan Amber meraih salah satu kertas itu tapi langsung Giovanni ambil. Gadis itu terkejut dengan tindakan Giovanni yang tiba-tiba mengambil kertas di tangannya. "Belum waktunya kau tahu."

Amber tidak mengerti sama sekali apa yang pria itu bicaranya. 'Apanya yang belum waktunya? Misterius sekali.' Meskipun begitu dia tetap menurut dan kembali diam. Gadis itu memutuskan memainkan ponselnya dari pada tidak melalukan apapun.

Nomor tidak dikenal mengirimkannya beberapa pesan. Tanpa memberitahu namanya pun Amber sudah sangat kenal siapa yang sedang mengiriminya pesan ini, terlihat sekali modal ucapan berupa teks dari nomor tersebut.

Amber membalas singkat pesan dari Axelle itu. Dia tidak tahu kenapa, tidak Giovanni tidak Axelle bisa mendapat nomer ponselnya. Dia tidak merasa pernah memberitahu mereka. Meminta pada Celine? Bisa jadi.

Amber menyimpan nomer Axelle di kontak ponselnya. Amber meletakkan ponselnya ke meja karena ia merasa ingin buang air kecil. Gadis itu melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi minimalis yang terdapat di ruangan kerja Giovanni.

Setelah selesai dengan urusan kecilnya, Amber kembali ke tempatnya. Baru juga dirinya mendudukkan dirinya di sana, dering ponsel yang tertera nama Axelle gila muncul di sana.

Giovanni melirik ke ponsel Amber. Alisnya berkerut. Matanya menatap tajam Amber, tangannya langsung merebut ponsel gadis itu dan menekan tombol merah. Giovanni membanting ponsel yang bahkan bukan miliknya itu dengan keras ke lantai hingga setiap bagian ponsel tersebut berserakan.

Amber mematung. Dirinya sangat terkejut melihat ponselnya yang sudah tidak berbentuk itu tercecer di lantai. Dia menatap ke arah lantai bergantian menatap Giovanni. Cukup lama Amber terus melakukan itu, seolah otaknya sedang mencerna semua ini. Beberapa saat barulah ia sadar. Emosinya memuncak, dia menghampiri Giovanni dan dengan beraninya menampar Giovanni yang di mana Giovanni sendiri adalah bosnya.

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now