Bagian 21

2.9K 138 38
                                    

"Bagaimana keadaan teman saya, Dok? Dia tidak menderita sakit parah, kan?"

"Tenanglah dulu, Nona Celine. Biarkan dokter memeriksanya dulu."

Selagi menunggu dokter itu yang memeriksa Amber, Axelle mulai berpikir penyebab Amber sampai seperti itu adalah karena Giovanni yang menyedot darah gadis itu terlalu banyak.

Lalu, bagaimana Axelle tahu kalau itu adalah ulah Giovanni? Karena Giovanni sendiri telah sengaja meninggalkan baunya di badan Amber. Tangannya sedari tadi mengepal dan kukunya mulai sedikit memanjang namun berhasil ia sembunyikan.

Axelle pamit kepada Celine dengan alasan ingin pergi ke kamar mandi, namun nyatanya pria itu pergi ke rimbunan pohon yang berada di belakang rumah sakit tersebut. Pria itu meluapkan kekesalannya pada beberapa batang pohon yang tak berdosa itu. Ada beberapa pohon yang roboh akibat ulahnya.

"Sialan kau, Giovanni! Kau berani mengambil gadisku dan membuatnya seperti itu! Aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini. Aku akan menghabisimu!"

"Ouch...!"

Axelle lebih menajamkan indra pendengarnya. Ia tadi sempat mendengar suara seseorang lebih tepatnya seorang gadis yang sedang kesakitan. Axelle menajamkan pendengarannya lagi.

"Kakiku berdarah dan aku tidak bisa berdiri. Bagaimana ini?!"

Axelle mengenal pemilik suara tersebut. Axelle melesat begitu cepatnya menuju ke sumber suara. Axelle bersembunyi di salah satu pohon dan mengintip seseorang yang rupanya Gracia.

Gadis itu terlihat mencoba menghentikan pendarahan di kakinya menggunakan dedaunan. Sesekali gadis itu meringis saat daun itu bersentuhan langsung dengan luka terbuka itu.

Entah dorongan dari mana hingga Axelle akhirnya menemui gadis itu dan membantunya. Axelle merobek bagian tangan baju kemejanya untuk membalut luka Gracia. Gracia sendiri sempat terkejut dengan kedatangan Axelle yang tiba-tiba dan membantunya. Ia hanya diam melihat Axelle yang merawat lukanya.

"Kenapa kau begitu ceroboh sekali! Jangan sampai dirimu terluka, itu sama saja kau melukaiku!"

Gracia mengangkat salah satu alisnya tanda ia tidak mengerti dengan yang Axelle bicarakan. Axelle telah membalut rapi luka gadis itu dan menatap Gracia yang kini juga sedang menatapnya. Ada sesuatu yang masuk di dalam hati Axelle ketika mereka saling menatap seperti itu.

"My mate."

Gracia dibuat semakin bingung dengan ucapan Axelle yang sangat sulit ia mengerti. Mate?Apa maksudnya?

"T--terima kasih, Tuan."

Gracia melirik bagian tangan baju kemeja Axelle yang telah robek. Gadis itu menjadi tidak enak hati telah membuat baju pria itu rusak. Ia berpikir untuk meminjamkan kemeja milik kakaknya untuk dipakai Axelle.

Gracia hendak berdiri tetapi rasa sakit di kakinya membuat ia hampir roboh, beruntung Axelle yang dengan cepat menangkap dan menggendongnya. Gracia yang berada digendongan Axelle, dan sekarang dia tidak dapat menahan rasa malunya. Wajahnya sudah sangat memerah dan ia mencoba menyembunyikan wajahnya di dada Axelle.

"Di mana rumahmu?" Tanya Axelle.

"D--di sana," Ucapnya sambil menunjuk dengan jari telunjuknya ke sebuah rumah yang tak jauh dari tempat mereka. Axelle berjalan menuju ke rumah itu.

"Terima kas---"

"Kenapa kau bermain ke hutan seorang diri!? Berbahaya! Bagaimana jika orang lain selain aku yang menemukanmu terluka dan tidak berdiri seperti tadi?!"

"M--maafkan saya. Saya hanya sedang mencari beberapa tanaman herbal untuk penyakit batuk ibu saya."

"Tanaman herbal? Kenapa tidak beli obat saja."

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now