Bagian 31

2.4K 100 6
                                    

Amber merasakan bukanlah sebuah taring tajam, namun sebuah kecupan yang singkat dari Giovanni. Setelah itu, Giovanni berjalan mundur dan mengacak-acak rambut Amber.

"Terima kasih atas tawaranmu. Tapi aku tetap tidak bisa melakukannya, mungkin esok atau lusa. Kau siap?"

Tak bisa di pungkiri Amber merasa sangat malu sekarang. Dia mengangguk kecik dan langsung menutup mukanya. Giovanni terkekeh.

"Beristirahatlah. Isabelle akan menemanimu."

Amber mengangguk, setelah itu Giovanni pergi meninggalkannya. Amber ambruk ke kasurnya. Gadis itu menerawang ke langit-langit kamarnya.

Dunianya sudah berubah saat dia mengenal Giovanni. Vampir, werewolf dan sebangsa makhluk immortal ternyata berada di sekitarnya selama ini.

Seketika Amber teringat sesuatu. Dia langsung mengecek ponselnya yang untung saja tidak jatuh setelah dirinya melewati beberapa kejadian tadi yang menimpanya.

Tidak ada notifikasi pesan ataupun panggilan dari Celine membuat Amber terheran-heran. 'Bukankah aku telah menghilang waktu itu? Kenapa dia tidak mencoba menghubungiku atau mencariku?'

Di tengah pemikirannya, sosok wanita memasuki kamarnya, yaitu Isabelle. Wanita itu langsung memeluk Amber yang posisinya semula tengah berbaring, di tarik langsung oleh Isabelle hingga berdiri.

Amber yang masih terkejut dengan dirinya yang tiba-tiba berdiri dan mendapat pelukan erat dari Isabelle, hanya diam dan memperhatikan Isabelle.

"Nona, syukurlah anda baik-baik saja! Saya khawatir saat tahu anda menghilang dari sini dan berhasil di tangkap oleh bangsa werewolf itu!"

"Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku, Isabelle. Aku beruntung punya pelayan pribadi sepertimu yang sudah aku anggap sebagai temanku sendiri. Untuk sebelumnya, maafkan aku telah kabur dari sini. Tapi aku melakukannya karena terpaksa, aku harap dirimu mengerti."

"Saya tahu, nona. Saya juga tidak bisa melakukan apapun. Tapi sekarang, dengan keberadaan anda di sini lagi membuat saya sangat senang. Rasa khawatir yang menghantui saya, serasa hilang begitu saja ketika melihat wajah nona kembali!"

"Ha ha ha, kau ini. Bisa kau tinggalkan aku sendiri? Aku mau istirahat dulu. Badanku sangat letih sekali."

"Baiklah, nona. Silahkan anda beristirahat, sementara saya akan menyiapkan makan untuk anda. Saya permisi."

Isabelle keluar dari kamar Amber. Amber menatap kepergian pelayan pribadi itu dengan sedikit pertanyaan di otaknya. 'Dia tidak mendapat hukuman dari Giovanni? Bukankah dengan aku hilang ini karena keteledorannya menjagaku? Apa yang ia katakan sebenarnya kepada Giovanni?'

Di dapur, Isabelle dengan lihainya meracik bumbu-bumbu untuk membuat makanan. Vampir takut bawang putih? Tidak, itu hanya mitos. Jika iya, lantas mengapa Isabelle masih baik-baik saja saat pekerjaan sehari-harinya menjadi pelayan pribadi Amber yang mengharuskan ia memasak?

Isabelle memasak dengan senyum tak lunturnya. Di satu sisi dia sangat senang nonanya kembali, dan di sisi lain dia juga senang karena omong kosong yang ia bilang kepada Giovanni mengenai Amber yang di culik bangsa werewolf, ternyata itu benar. Jadi dia tidak perlu takut mengenai hukuman yang akan ia dapatkan jika dirinya kedapatan berbohong.

Makanan telah siap. Isabelle pergi ke kamar Amber. Isabelle meletakkan nampan berisi makanan dan susu hangat di atas meja kecil samping ranjang Amber. Amber sudah tidur, Isabelle merasa tidak tega membangunkan Amber jadi dia akan meninggalkan makanannya di sana dan pergi meninggalkan kamar itu.

Cuit.... Cuit... Cuit...
Cuit... Cuit... Cuit...

Bunyi burung yang mulai beterbangan bebas di awan, menjadi tanda bahwa hari mulai pagi. Amber terbangun meskipun dirinya masih sangat mengantuk akibat malam panjang yang telah ia lalui.

AMBER and the vampire prince (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora