Bagian 3

12.3K 612 32
                                    

"GIOVANNI!"

Orang yang dipanggil itu pun menoleh ke asal suara. Seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik dengan gaunnya yang indah, datang menghampiri tempatnya. Wanita itu langsung memeluk diri Giovanni dan menangis dipelukan pria itu.

"Nak, kau baik-baik saja? Mereka tidak menyakitimu, kan? Katakan pada Ibu agar Ibu bisa langsung memberitahu ayahmu. Ayahmu pasti akan dengan cepat mengirim pasukan untuk membantai semua ras serigala itu!"

Giovanni hanya membalas dengan senyuman dan mengusap air mata ibunya. Dia memeluk ibunya tak kalah erat, menyembunyikan wajahnya di bahu sang ibu. Annie Hartigan, ratu dari bangsa vampir sekaligus istri dari raja Christ Hartigan.

"Ibu tidak perlu terlalu khawatir padaku seperti itu. Anakmu ini pasti akan baik-baik saja jika hanya melawan anjing-anjing itu. Ya, aku sempat terluka karena belati perak yang mereka bawa, tapi itu tidak masalah."

"Terluka?! Di mana?! Kenapa kau tidak bilang pada Ibu agar Ibu bisa cepat mengobatimu! Ayo, ikut Ibu ke ruangan Ibu. Biar Ibu periksa lukamu itu!"

Giovanni menarik tangannya lembut dari genggaman sang ibu, Annie menatap anaknya heran. Giovanni tersenyum. "Sudahlah, Ibu bisa lihat kalau aku masih bisa berdiri tegak dan tersenyum pada Ibu? Artinya aku baik-baik saja. Sekarang lebih baik Ibu kembali ke kamar saja, nanti aku akan pergi ke sana."

Annie tidak yakin dengan ucapan anaknya, tapi dia juga harus percaya padanya. Dengan berat hati, dia kembali melangkah ke kamarnya. Giovanni menatap kepergian ibunya dengan tatapan datar. "Ibu, aku akan membawa calon ratuku ke sini. Dia cantik sepertimu. Tapi, apa kau akan menerimanya karena dia hanya manusia biasa? Atau aku harus mengubahnya dulu seperti kita?"

Di tempat Amber saat ini. Gadis itu sedang berada di rumah teman sebayanya yang baru pulang dari kota. Mereka adalah teman sedari kecil. Celine Robert, nama gadis itu.

Mendengar Celine sudah tiba di desa itu, tanpa lama-lama Amber langsung meninggalkan tugasnya mencuci pakaian untuk menemuinya. Amber langsung terpukau melihat penampilan Celine yang sudah seperti orang kota sungguhan.

Celine menyadari kedatangan Amber dan melihat Amber tengah menatapnya dari atas sampai bawah, membuatnya tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya, ekspresi Amber saat ini lucu dengan mulut sedikit menganga dan mata melotot. Dia berjalan menghampiri Amber yang masih berdiri di pintu dan merangkulnya. "Hai, lama tak jumpa! Sudah berapa tahun kira-kira aku meninggalkan desa ini sampai-sampai kau melihatku seperti kau baru mengenalku?"

Amber menatap Celine sebentar dan menggeleng pelan. Celine menggiring Amber untuk duduk di kursi ruang tamu. Dia meninggalkan gadis itu sebentar untuk mengambil camilan. Dia kembali dengan beberapa camilan di tangannya.

"Amber, aku sangat merindukanmu. Seandainya kau dulu tidak menolak untuk ikut ke kota, pasti kita akan selalu bersama."

"Maafkan aku, tapi aku punya maksud lain menolak itu. Aku hanya tidak tega meninggalkan ibuku sendirian di rumah. Kau tahu, hanya aku satu-satunya yang dia miliki di hidupnya."

Celine terdiam. Dia mengerti posisi Amber saat ini, dia pun turut merasakannya. Celine meraih tangan Amber dan menggenggamnya. Dia memberikan senyum terbaiknya untuk temannya itu. "Aku tahu maksudmu, Amber. Tapi kau ke sana tidak ada maksud lain selain bekerja, kan? Ibumu pasti mengerti."

"Iya, Nak. Ibu tidak masalah jika Ibu sendirian di rumah selagi kau bisa bekerja dan bertemu dengan teman-teman sebayamu di kota."

Amber dan Celine menoleh ke sumber suara yang sangat mereka kenal. Celine berdiri menghampiri Renatha yang ternyata sudah dari tadi berdiri di sana tanpa mereka berdua ketahui. Renatha membalas pelukan singkat Celine.

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now