Bagian 44

2.1K 93 2
                                    

Amber menggeliat dalam tidurnya. Matanya terbuka perlahan. Matanya buram untuk melihat sosok yang mendekapnya sekarang tapi ia tahu siapa itu. Giovanni membuka matanya.

"Selamat pagi, ratuku."

Ciuman mendarat di kening Amber. Amber semakin merapatkan tubuhnya ke Giovanni. Udara pagi di sini memang selalu dingin. Giovanni mengelus lembut rambut Amber, sesekali mengecupnya.

"Mau terus seperti ini? Tidak mau sarapan?"

Amber menggeleng. Giovanni mendengus lalu tersenyum. Ia senang dengan sifat Amber yang manja padanya, tapi dia juga tidak bisa membiarkan gadis itu meninggalkan sarapannya.

"Aku tahu akhir-akhir ini nafsu makan mu buruk, dan aku masih mencoba diam. Tapi sekarang tidak lagi, kau harus makan apapun caranya!"

Giovanni bangkit dari ranjang itu dan menggendong Amber. Amber terkejut atas tindakannya, mengalungkan lengannya ke leher Giovanni. Giovanni membawa Amber ke bak pemandian air hangat.

Amber sempat menolak dengan keras untuk mandi, ia hanya ingin berbaring di kasurnya tapi Giovanni terus memaksanya hingga Amber menyerah. Bagaimana pun dia akan kalah dengan Giovanni.

Setelah acara mandi Amber selesai, tentu saja di bantu Giovanni meskipun sempat terjadi pertengkaran kecil di antara mereka berdua. Giovanni membiarkan Amber mengganti pakaiannya sendiri, lalu memasuki kamar saat gadis itu menyuruhnya. Giovanni menatap Amber dari atas sampai bawah lalu tersenyum bangga. Amber masih memasang wajah marahnya kepada Giovanni.

"Kau terlihat lebih segar. Sekarang kita akan pergi makan, namun tidak di sini. Di dunia manusia mungkin lebih membuatmu bersemangat. Kau merindukan masakan buatan manusia, kan?"

Amber mengangguk antusias. Bukan maksud Amber mengatakan masakan pelayan di sini tidak enak, akan tetapi memang lidah Amber tidak bisa berbohong. Masakan manusia murni lebih terasa rasa asin, gurih dan manisnya. Amber hanya memakluminya saja karena memang para pelayan itu tidak terbiasa masak makanan manusia. Mungkin karena dirinya di sini yang notabenya adalah manusia, jadi mereka masih baru berlatih memasak.

Giovanni langsung membawa Amber ke dunia manusia, ke salah satu restoran di sana. Giovanni memang tidak punya uang, tapi ia bisa mengubah benda apapun menjadi uang. Beda dengan bangsa werewolf yang masih bekerja keras untuk memperoleh uang meskipun beberapa dari mereka mencari uang di dunia manusia. Mata uang mereka pun sama.

Tentang cafe milik Giovanni yang sudah lama ia tinggalkan, sebenarnya tidak benar-benar ia tinggalkan. Melainkan Giovanni menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk mengelola bisnis cafe itu. Giovanni meminta untung hanya sedikit, dan itu pun untuk Ambernya saja.

Amber terlihat bersemangat melihat menu-menu yang pelayan berikan. Beberapa makanan ia pesan tanpa memikirkan habis tidaknya nanti. Giovanni pun hanya diam dan terus memperhatikan ekspresi bahagia yang terpancar di wajah Amber.

Tak lama, dua pelayan datang membawakan pesanannya. Meja penuh dengan makanan, mata Amber berbinar melihat makanan-makanan itu. Amber mulai mencicipinya satu persatu.

"Kau tidak makan, Gio?"

"Sekarang?"

"Iya, sekarang. Bukankah makanan sudah ada di depanmu? Kalau tidak segera di makan, bisa dingin nanti."

"Tapi, rasa makananku tergantung perasaanmu. Mau mencoba?"

Amber menepuk jidatnya, teringat sesuatu yang membuatnya terlihat bodoh memberikan pertanyaan itu kepada Giovanni. Giovanni menampilkan seringainya.

"Aku boleh mencobanya, kan? Aku yakin makananku kali ini akan terasa sangat manis."

"Maaf, maafkan aku yang salah bicara ini. Anggap saja tadi hanya angin lalu, jadi lupakan!"

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now