Bagian 33

2.2K 101 6
                                    

"Kau pintar juga rupanya. Ya, aku yang menculik Celine untuk memancingmu datang ke sini. Dan siapa tahu ternyata rencanaku berhasil, kan?"

"Kau licik, Axelle! Kau sangat licik!"

"Terima kasih pujiannya, calon istriku."

"Aku bukan calon istrimu! Aku hanya milik Giovanni!"

"Kau tidak bisa menolaknya, Amber. Nyawa temanmu sedang berada di tanganku dan itu tergantung dengan keputusan yang akan kau ambil. Kau hanya punya kesempatan menjawabnya sampai besok. Jangan sampai ke egoisanmu itu mempertaruhkan nyawa teman tersayangmu."

Axelle menjauhkan tubuhnya dari Amber dan lanjut mengurusi kertas-kertasnya lagi. Amber mengepalkan tangannya erat. Gadis itu keluar dari ruangan kerja Axelle dengan perasaan yang teramat kesal hingga membuat Alice yang sedang menunggunya di luar, menatapnya bingung.

Amber berjalan kembali ke kamarnya tanpa mempedulikan Alice di belakangnya. Amber menutup pintu kamarnya dengan keras. Amber terduduk di ranjangnya dengan lemas. Sebutir air mata perlahan turun.

"Kenapa... Kenapa aku yang harus mengalami semua ini?! KENAPA HARUS AKU!?... Hiks... Aku ingin kehidupanku normal lagi dan Celine... Tolong kembalikan dia padaku..."

Amber tak berhenti menangis sampai matahari hampir tenggelam. Tak kuat terus menangis, Amber akhirnya tertidur. Alice sendiri masih setia berdiri di depan pintu kamar Amber dengan perasaan sedih. Dia sedih lantaran mendengar Amber menangis keras di dalam kamarnya. Ia tidak berani bertanya tentang masalahnya.

Alice membuka pintu kamar itu sedikit dan mengintip dari celah, menemukan Amber yang telah tertidur dengan posisi kaki bergelantung di ranjang. Alice membantu menyamankan posisi tidur Amber.

Alice memutuskan pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk Amber. Ia yakin setelah Amber bangun nanti, gadis itu pasti kelaparan.

MALAM HARINYA~

Di lain tempat, tepatnya di tempat Giovanni berada sekarang. Pria itu terlihat tidak baik-baik saja dengan baju yang berlumuran darah.

Dia membunuh beberapa prajuritnya karena ia merasa kekuatan mereka jauh di bawah penjaga yang menjaga di perbatasan wilayah werewolf. Axelle memang sengaja menyuruh pasukan terbaiknya untuk menjaga perbatasan wilayahnya, apa lagi kalau bukan untuk Amber agar Giovanni tidak mudah memasuki wilayahnya.

Berteleportasi langsung ke packnya Axelle? Tentu tidak bisa. Axelle terlalu pintar dengan memasang gerbang tak kasat mata yang di buat oleh beberapa kelompok penyihir.

Giovanni menggila dan hampir membunuh semua prajurit jika tidak ada Diego yang membantu menenangkan situasinya. Pria itu bahkan rela menjadi pelampiasan emosi Giovanni juga, melihat Diego sendiri juga tidak mudah di kalahkan.

"Jangan kau seperti ini, Gio! Tenangkan dirimu! Kita akan mencari cara untuk bisa memasuki kawasan mereka, tapi tidak dengan cara dirimu memaksa mereka untuk menjadi kuat dalam sehari! Mereka butuh waktu!"

"Aku tidak punya waktu lagi, Diego! Amberku dalam bahaya di sana, aku dapat merasakan perasaannya! Dadakku sesak, yang mungkin karena dirinya di siksa!"

"Itu tidak mungkin, Gio! Axelle lah yang menculiknya dan dia pasti tidak akan menyakiti Amber!"

"Kau meragukan ikatan kami?!"

"Tidak sama sekali! Tapi percaya padaku, aku pasti akan menemukan cara untuk membantumu!"

Diego mengatakannya dengan mantap. Giovanni mencoba percaya. Mereka berdua melesat ke ruangan Giovanni untuk membahasa rencana selanjutnya karena mereka sama sekali tidak bisa bertindak gegabah mengingat siapa lawan mereka kali ini. Bukan betanya lagi seperti kemarin, namun Alphanya sendiri.

AMBER and the vampire prince (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora