Bagian 10

6.8K 279 6
                                    

Amber berjalan pulang dari cafe tempatnya bekerja dengan kesal. Di jalan pun dia tak henti menghentakkan kakinya guna melampiaskan kekesalannya pada jalanan yang sama sekali tidak bersalah itu.

Bagaimana tidak, setelah Giovanni menariknya dengan kasar kembali ke dalam ruangannya. Pria itu membanting dirinya ke sofa dan berteriak padanya, beruntung ruangan tersebut kedap suara jadi orang luar tidak akan mendengarnya.

Amber terkejut dan gemetar ketakutan karena bentakan Giovanni padanya. Dia tidak tahu apa kesalahannya pada pria itu sampai membuat pria itu marah seperti tadi.

****

"Ouch!"

"SUDAH AKU KATAKAN PADAMU, JANGAN PERNAH MENINGGALKAN TEMPAT INI SAMPAI AKU KEMBALI! KAU MASIH TIDAK PAHAM DENGAN UCAPANKU, HAH!?"

Amber yang posisinya ketakutan atas bentakan itu, tubuhnya gemetar dan ia menangis. Gadis itu menangis sesegukan. Karena memang selama delapan belas tahun hidupnya, dia sama sekali tidak pernah di bentak oleh seorang laki-laki.

Giovanni yang melihat gadis Amber menangis, hatinya tiba-tiba merasa kasihan dan menyesal atas tindakannya barusan. Dia hendak merangkul Amber tapi gadis itu justru menepisnya dengan kasar dan berdiri menjauh darinya.

"Aku tahu kesalahanku. Tapi, haruskah sampai membentakku seperti ini!? Aku kira kau selembut dirimu yang ada di mimpiku, tapi aku salah! KAU KASAR, AKU MEMBENCIMU, aku tidak akan bekerja di sini lagi!"

Amber berlari hendak pergi dari ruangan Giovanni, tapi pria itu dengan cepat memeluk gadis itu dari belakang dan mengucapkan maaf berkali-kali. "Maaf, maaf, maaf. Aku sungguh minta maaf! Aku reflek membantakmu tapi aku tidak berniat sama sekali melakukan hal itu padamu, sungguh!"

Amber tidak menjawabnya. Dia terus menangis dan sesekali menghapus air matanya. Giovanni menyembunyikan wajahnya di bahu Amber.

" ... Kau tidak akan pergi dari sini, kan? Kau akan terus bersamaku, kan? Tolong bicara padaku, aku mohon!"

Amber masih tidak menjawab. Dia mencoba melepas pelukan erat Giovanni dan berhasil. Langsung saja ia berlari keluar dari tempat itu. Giovanni pun tidak mengejarnya, jadi yang tadi itu hanya pura-pura?

****

"Dasar pria menyebalkan! Kenapa aku harus bertemu orang sepertinya!?"

"Wow, ada seorang gadis yang sedang kesal dan berteriak di tengah jalan yang beruntung sedang sepi. Kalau tidak sudah di pastikan kau akan di anggap gila, Nona Amber."

Amber menghentikan jalannya dan berbalik. Axelle berjalan di belakangnya dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celananya. Amber tidak mempedulikan pria itu, melanjutkan jalannya dan meninggalkan Axelle.

Axelle menarik tangan Amber yang langsung di tepis kasar oleh gadis itu. Sekali lagi dia berbalik menatap kesal pria yang mengganggunya itu. "Apa masalahmu!? Jangan menggangguku!"

"Ck ck, kenapa Nona ini jadi pemarah sekali sekarang? Apa aku pernah berbuat salah padamu?"

"Karena kalian para pria sama saja! MENYEBALKAN!"

Axelle terkekeh mendengar jawaban yang keluar dari mulut Amber. Dia menarik gadis itu dan memojokkannya ke tembok di sebelah mereka. Dia mengunci pergerakan Amber.

"APA YANG KAMU LAKUKAN, LEPASKAN!"

"Ssstt, jangan berteriak. Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Tenanglah, Nona Amber."

"Tenang kamu bilang?! Aku akan tenang jika kamu melepaskanku! Jadi, lepaskan aku sekarang juga!"

Axelle tidak mendengarkan gadis di depannya ini. Menurutnya gadis itu sekarang terlihat sangat cantik dan imut. Matanya terfokus pada bibir pink yang menggoda itu. Perlahan dia mendekatkan wajahnya.

AMBER and the vampire prince (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu