Bagian 17

3.5K 159 22
                                    

"Kau sengaja untuk menemuinya, kan!?"

"Hm? Apa yang kau katakan, Giovanni? Aku ke sini hanya untuk menikmati waktu luangku saja. Apa itu salah?"

"Berhenti berucap omong kosong! Kau dan beta mu itu sama saja!"

"Ow, jangan bawa-bawa dia dalam urusan kita ini."

"Kau yang menyuruhnya datang kemari, kan!? Lebih baik kau beritahu padanya untuk menjaga matanya!"

"Ck, kehadiranmu membuatku tidak selera meminum kopiku!"

Axelle keluar dari cafe milik Giovanni dengan aura yang menakutkan yang sangat kental. Tangannya mengepal erat, dia ingin menemui seseorang dan tak sabar untuk menghajarnya habis-habisan.

Axelle memasuki mobilnya dan memindlink (berkomunikasi lewat pikiran) orang tersebut. Orang itu menjawab dan mereka bertemu di sekitar hutan yang letaknya cukup jauh dari perkotaan. Axelle mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia bahkan beberapa kali hampir menabrak orang.

Hutan gelap yang mengerikan. Hanya suara binatang malam lah yang menjadi pemecah keheningan di hutan itu. Masih ada jalanan yang membelah hutan, namun sangat jarang seseorang yang melewatinya di jam malam seperti ini.

Axelle memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Tanpa takut, pria itu memasuki hutan dengan tenang menuju tempat orang tersebut. Perlahan, kuku tangannya memanjang. Gigi taring serigalanya yang tajam muncul keluar dari bibirnya dan iris matanya pun berubah warna.

Axelle dengan wujud setengah serigalanya berlari cepat membelah hutan. Orang yang ia maksud adalah betanya sendiri, Theodore. Betanya itu sudah nampak di matanya sedang berdiri menunggunya tanpa menyadari bahaya datang dari arah belakang.

Axelle langsung melayangkan cakarnya ke dada Theodore saat pria itu baru berbalik. Theodore langsung memuntahkan darah. Beta itu terlalu tidak siap dengan serangan tiba-tiba dari Alphanya. Theodore mencoba bangkit meski bekas cakaran sang Alpha masih mengeluarkan darah. Belum sempat Theodore membalas, Axelle kembali menyerangnya dengan bertubi-tubi.

Theodore sadar bahwa kekuatannya berada jauh di bawah sang Alpha. Dirinya hanya pasrah jika harus mati detik ini juga di tangan Alphanya sendiri. Axelle yang sudah dibutakan amarah, hendak benar-benar membunuhnya. Namun bisikan dari jiwa wolfnya menghentikannya.

Axelle mencoba mengatur nafas dan mengontrol emosinya. Pria itu sudah kembali lagi ke wujud manusia tetapi iris matanya masih bewarna sama dan aura membunuh juga masih sangat terasa. Serigala Theodore bahkan meringkuk di dalam pikirannya.

"Kau tahu alasanku kenapa aku sampai ingin membunuhmu untuk pertama kalinya ini, Theo?!"

"S--saya tahu, Alpha ... Uhuk ... Saya m--minta maaf ... Huek!"

Beta itu kembali memuntahkan darah segar. Kondisinya sekarang amat sangat mengerikan. Meskipun makhluk seperti mereka mempunyai tingkat penyembuhan yang cepat, tapi tetap saja. Melihat siapa yang melukainya itu, jelas luka-lukanya akan lama melakukan penyembuhan.

"Jika kau sampai mengulanginya, aku tidak akan berpikir jernih lagi untuk benar-benar menghabisimu! Mata itu ... Aku sangat ingin mencongkel mata itu! BERANI SEKALI KAU MENEMUI GADISKU!"

Tubuh Theodore semakin gemetaran mendengar Axelle yang berteriak kepadanya menggunakan Alpha tonenya. Kesadarannya tiba-tiba direnggut begitu saja. Tubuhnya terpelanting menabrak pohon sampai pohon itu tumbang. Axelle sebenarnya belum puas menghajar Theodore, tapi menurutnya sangat tidak seru jika lawannya tidak berdaya seperti itu.

Axelle melepas kemejanya yang penuh bercak darah dari Theodore. Pria itu membuangnya begitu saja dan kembali ke tempat mobilnya berada. Sinar rembulan yang semula tertutup awan, terbuka menampakan sinarnya yang menyinari tubuh sempurna Axelle.

AMBER and the vampire prince (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt