Bagian 48

2K 90 30
                                    

Elena selesai membuat bubur. Gadis itu membawa mangkuk berisi bubur serta minum ke tempat Diego berada dan meletakkannya di meja, depan pria itu. Diego memperhatikan makanan itu lalu beralih ke Elena yang masih berdiri, mungkin menunggunya untuk makan. Bagi Diego, makanan seenak apapun itu akan percuma karena lidahnya hanya mampu merasakan manisnya rasa darah. Elena yang melihat Diego tidak segera memakannya, hanya mengerutkan dahinya. "Kamu tidak suka bubur itu?"

"Kau lupa? Aku vampir," Ucap Diego berhasil menyadarkan Elena. Elena langsung menyesali tindakannya tadi yang dengan bodohnya menawarkan makanan pada Diego yang berbeda jenis dengannya. Elena menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dan menatap Diego dengan cengiran kudanya. Diego hanya menghela nafas. Elena mengambil mangkuk bubur itu lagi dan memasukkannya ke dalam kulkas untuk ia makan sendiri nantinya. Elena pergi ke bak pencuci piring untuk mencuci bekas peralatannya membuat bubur tadi, juga bekas makannya yang tadi malam.

PYARRR!

Sebuah gelas kaca berhasil tergelincir dari tangannya yang licin. Diego langsung menghampiri Elena karena mendengar suara keras itu. Elena memunguti serpihan kaca dengan tangan kosong dan tak sengaja menggores jarinya hingga mengeluarkan darah. Elena meringis pelan sambil memegang jarinya yang terluka.

"BODOH, APA YANG KAU LAKUKAN!?

Diego langsung mengambil tindakan, mengambil jari gadis itu dan menjilat lukanya. Luka goresan itu hilang di gantikan rasa haus darahnya yang muncul. Pupil mata Diego sudah berubah semerah darah dan taringnya mulai memanjang. Elena reflek menarik kembali tangannya dan mengambil langkah menjauhi Diego.

"Hah... Hah... Darahmu... Ughh!"

Diego berlari memasuki kamarnya. Elena masih ketakutan melihat wujud vampir Diego. Sementara Diego  bersandar di belakang pintu kamarnya, mencoba menahan nafsunya yang tiba-tiba melonjak itu.

"Tidak, tidak... Aku tidak boleh kalah melawan nafsuku... Aku... Aku...hah..."

Elena berdiri di balik pintu tertutup itu. Ia masih mendengar suara nafas berat Diego dari dalam sana. Elena menelan ludahnya sebelum memberanikan diri mengetuk pintu itu. "Diego, kau baik-baik saja?"

Tidak ada balasan, namun dapat terdengar semakin jelas suara nafas Diego yang seperti menahan sesuatu. Elena merasa bersalah telah mengakibatkan pria itu sampai seperti ini akibat kecerobohannya. Diego vampir, jadi jelas saja akan terpancing saat melihat darah.

"Diego, aku mohon buka pintunya!"

BRAK! BRAK!

"DIEGO!"

CEKLEK...

"Tidak perlu berteriak, aku baik-baik saja," Sahut Diego. Elena mundur beberapa langkah darinya. Meskipun Diego bilang dirinya baik-baik saja, akan tetapi warna pupil matanya masih tidak berubah meskipun taringnya sudah tidak ada lagi. Elena menunduk dan memilin ujung bajunya. Diego menatap Elena dan menyandarkan punggungnya ke dinding.

"Maafkan aku sudah membuatmu sampai seperti ini. Tapi jika kau mau, kau boleh... Bo-boleh m-meminum darahku..."

Diego menaikkan satu alisnya. Dalam sekejap, tubuh Elena berada dalam rengkuhannya. Diego dapat merasakan tubuh Elena menegang dalam dekapannya. Diego mengeluarkan taringnya bermaksud menakuti gadis itu. Namun siapa sangka, Elena justru menyentuh taring itu dengan jari telunjuknya.

"Tajam sekali. Taring seperti ini kah yang pernah menusuk kulitku?" Tanya Elena polos. Diego sontak membulatkan matanya dan mendorong tubuh Elena agar menjauh darinya. Diego menutup mulutnya dengan tangannya, menatap Elena dengan tatapan terkejut.

"KAU...!"

Elena berkedip beberapa kali dengan polosnya. Wajah Diego memanas, pria itu memalingkan wajahnya dari Elena. 'SIAL! Kenapa dia seimut itu!?'

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now