Bagian 5

10.1K 500 35
                                    

Giovanni mendekatkan mulutnya ke leher Amber. Perlahan namun pasti, taring vampir itu sudah tertancap sepenuhnya di leher Amber. Amber sempat menjerit keras, tapi langsung dibungkam oleh Giovanni.

Mata Amber masih tetap terpejam, namun tubuhnya masih bisa memberontak. Giovanni mencoba menghentikan aksi pemberontakan Amber dengan aksinya yaitu menggoda leher gadis itu dengan taringnya. Perlahan tubuh Amber berhenti memberontak, hanya desahan lembut terdengar di mulutnya.

Giovanni menjauh dari leher Amber untuk melihat lebih banyak ekspresi yang dibuat gadis itu. Dirinya tersenyum puas dan bangga, lantaran hanya dirinyalah yang dapat membuat Amber keenakan seperti ini. Giovanni memutuskan untuk ikut berbaring di samping Amber dan memeluk tubuh mungil gadis itu ke dekapannya.

Giovanni sekali lagi memperhatikan ekspresi tidur Amber, lalu mengecup lembut kening gadis itu. Dapat dilihatnya Amber tersenyum dalam tidurnya. Giovanni terkekeh pelan dan menyentuh bibir merah muda gadis itu. "Bermimpi dicium seorang pangeran tampan yang mendambakanmu, ya?"

Amber semakin merapatkan tubuhnya ke Giovanni. Sekali lagi, pangeran vampir itu terkekeh bahagia. Matanya terpejam, berharap bisa memasuki mimpi gadisnya. Tentu saja mustahil, vampir tidak bisa tidur jadi dirinya hanya sekedar menutup matanya saja.

Keesokan harinya, Amber meregangkan tubuhnya di tempat barunya itu. Dia melamun sebentar lalu meraba - raba daerah lehernya. Entah kenapa tadi malam seperti ada yang aneh pada dirinya terutama dari bagian lehernya ini. Seperti ada benda tajam yang menancap dan menghisap darahnya, namun anehnya sakitnya itu hanya sementara dan selebihnya ...gadis itu menggeleng kuat demi menghilangkan pikiran mesumnya.

Mungkin dia bisa menceritakan ini pada Celine nanti? Tapi, bisa saja Celine malah berpikiran aneh-aneh tentangnya. Lebih baik ia simpan saja sendiri rahasia kecilnya ini.

Dengan perasaan yang sedikit berbunga-bunga, Amber memutuskan untuk mandi dengan air hangat. Dia sudah bisa menggunakan peralatan kamar mandi modern ini, berkat Celine tentunya. Berendam sebentar tidak masalah, kan? Lagian masih pagi sekali untuk Celine datang ke rumahnya.

Selesai dengan acara berendamnya, Amber melihat-lihat isi lemarinya. Dia hanya membawa beberapa potong pakaian saja, selebihnya adalah milik Celine yang dipinjamkan atau diberikan padanya. Pilihannya jatuh ke celana jeans hitam dan sweater mocca. Berhubung cuaca agak dingin akhir-akhir ini.

Ketukan di pintu rumahnya membuatnya menghentikan kegiatan menyisir rambutnya. Ia segera membukakan pintu tersebut, ia kira itu Celine tapi ternyata orang yang sedang mengantarkan pizza.

"Atas nama Amber Charllene?"

"Iya, saya sendiri. Ada apa?"

"Mohon terima pizza ini yang dipesan oleh seseorang untuk anda, Nona. Permisi."

"I--iya."

Amber membawa tiga kotak pizza di kedua tangannya. Dia kembali memasuki rumahnya dengan menatap aneh pada kotak pizza itu. Pizza? Apakah itu semacam makanan? Tapi siapa yang memberikan ini padanya? Apakah Celine? Tapi itu tidak mungkin. Kenapa juga harus lewat orang seperti tadi jika benar Celine lah yang mengirimnya?

Dia tidak mau ambil pusing, meletakkan pizza itu di atas meja dan hendak memasuki kamarnya. Pintu kembali di ketuk sekali lagi, 'ini pasti Celine!' pikirnya.

"Hallo, Amber. Selamat pagi! Bagaimana tidurmu tadi malam? Nyenyak? Bermimpi indah?"

"Biasa aja. Eh, cepat masuk!"

"Tentu saja, kau pikir aku akan berdiri di sini saja? Tunggu, apa itu pizza ...!?"

"Sstt, kecilkan suaramu! Iya ini pizza, tapi aku tidak merasa memesan ini dan juga aku tidak tahu siapa yang memesannya!"

AMBER and the vampire prince (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum