3. MSU - Pilihan Sendiri

11.6K 723 2
                                    

“Mama!”

Yumna masih meringis kesakitan di tanah, sementara tatapannya mengarah pada sosok lelaki yang tadi menegurnya. Hanya saja Yumna tidak dapat melihatnya dengan begitu jelas. Tempat itu sedikit gelap dan tidak tahu siapa yang menjadi sebab dari kemalangan yang menimpanya.

"Anda ini siapa sih? Datang-datang ngagetin saya!" seru Yumna. Namun, sama sekali tak dihiraukan. "Malah diam saja, apa jangan-jangan anda malingnya, ya!" tuduh Yumna kemudian bangkit dari tanah sembari menebas-nebas kain gamisnya.

"Sudah kuduga," gumam lelaki itu tidak lain Alfatih. Dugaannya benar, itu adalah santri baru di pesantren  juga merupakan gadis yang sama yang membuat masalah di jalanan tadi. Alfatih mendesis tak suka mengingatnya.

"Menduga apa?" tegur Yumna. Yang ditanya enggan menjawab. “Hei, anda!”

"Apa?" tanya Alfatih melirik malas.

"Malah nanya balik. Harusnya saya yang nanya!" ketus Yumna.

"Terus kenapa?"

Yumna meringis pelan. "Anda bikin saya jatuh tahu!"

"Kamu terjatuh bukan karena saya, melainkan memang nasibmu begitu!" balas Alfatih. "Kamu pasti mau kabur dari sini, kan?"

"Kok, malah nuduh sih?" protes Yumna tak terima.

"Kalau nggak kabur, ya, terus ngapain manjat tembok macam monyet cacingan seperti tadi?" tanya Alfatih menyindir.

Yumna kikuk, mendadak bingung harus bagaimana menjelaskan. Lelaki yang tak dikenalnya itu lebih dulu menuduh hingga ia kesusahan sendiri mencari celah untuk mengelak.

"Tuh, kan, diam. Berarti benar kamu mencoba kabur dari sini Malam-malam, kok, nakal begini sih?" gumam Alfatih mengomentari.

"Siapa yang anda bilang nakal?!" seru Yumna bertanya.

"Kamulah. Sudah, siapa namamu?" tanya Alfatih kemudian.

"Modus benar anda! Kalau mau kenalan tinggal bilang, nggak usah drama dulu!" celetuk Yumna.

"Siapa yang modus? Tampilanmu begini juga. Saya mau tahu nama kamu siapa dulu?" tanya Alfatih lagi.

"Una," jawab Yumna lantang. Dia semakin tak terima dikatai seperti itu.

"Yang namanya Una banyak di sini. Nama lengkapmu siapa?"

Yumna menggeram tertahan, entah kenapa jadi semakin banyak orang yang membuatnya kesal, tidak ayah dan ibunya, mbak mata bercelak hitam lalu lelaki aneh ini.

"Nama lengkapmu siapa?" tanya Alfatih sekali lagi, tak kalah kesal didiamkan begitu.

"Yumna Rahadatul Aishy binti Ibrahim Fandi," jawab Yumna malas.

"Nama sudah seperti rel kereta, punya arti tapi nggak tersirat sebagaimana perilakunya," sahut Alfatih sewot.
Yumna melototinya.

"Kembali ke masjid, jangan berusaha untuk kabur dari sini. Tapi kalau kamu ngeyel, awas saja!" ancam Alfatih setelahnya berlalu pergi.

Berbeda dengan Yumna yang masih berada di sana dengan wajah memerah karena kesal, lelaki itu berhasil membobol pertahanannya.

***

Mahabbah Sang Ustadz (End) Where stories live. Discover now