34. MSU - Istri Saya

7.9K 527 6
                                    

11:45 am.

Yumna terbangun dari tidurnya tatkala terusik dengan dering alarm di nakas. Dengan mata yang masih terpejam Yumna berusaha meraih alarm itu dan mematikannya, kemudian terbangun seraya menetralkan penglihatan. Selanjutnya, Yumna gegas memasuki kamar kecil yang berada di sudut lain ruangan itu, membasuh wajahnya sejenak agar terasa segar.

Langkah Yumna tertarik keluar dari kamar tersebut menuju kamar sebelah yang sempat diberitahukan Alfatih tadi pagi. Setibanya di depan kamar yang dikatakan, Yumna berhenti. Ia melirik ke sana-kemari memastikan tak ada orang lain di sana kecuali dirinya dan Alfatih, kemudian mengetuk pintu kamar.

Awalnya tak ada respons, Yumna tak berhenti melakukan hal yang sama sampai pintu dibuka dari dalam, menampilkan Alfatih dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya, Alfatih baru saja selesai berkeramas wajahnya bahkan terlihat lebih berseri, pikir Yumna.

"Ada apa?" tanya Alfatih seketika membuyarkan lamunan Yumna.

Yumna menggeleng pelan. Ia juga  bingung, mengapa dirinya kemari? Sedangkan ia tak punya tujuan apapun.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Alfatih memastikan.

"Saya lapar," jawab Yumna, kebetulan sekali dirinya memang lapar.

Alfatih diam mendengarkan, ia tersadar bahwa mereka sudah berada di sini sejak beberapa jam yang lalu. Wajar jika Yumna merasa lapar dan masalahnya Alfatih belum memiliki persiapan apapun terkait bahan masakan di rumah ini. Tak heran, ia jarang berada di rumah, makanpun biasanya di luar bersama Keenan.

"Ustadz," panggil Yumna kembali membuyarkan lamunan Alfatih.

"Ehm ... sebentar, kamu tunggu di sini, saya ke depan sebentar," ucapnya.

"Ke mana?" tanya Yumna.

"Belikan kamu makanan, kebetulan di depan sana ada warteg," jawabnya.

"Oh, kalau gitu saya ikut!" balas Yumna.

"Jangan, kamu di sini saja, di luar panas,"

"Apaan sih, Ustadz? Ambigu banget, matahari memang panas!" katanya.

"Iya, tapi maksud saya ...."

"Saya mau ikut pokoknya!" pangkas Yumna bersikeras ingin ikut dengan Alfatih.

Alfatih terhenyak didesak, sampai pada akhirnya ia mengangguk tanda setuju. Senyuman Yumna seketika terbit, matanya ikut menyipit senang tatkala Alfatih megizinkannya ikut tanpa banyak menuntut.

Tanpa berbasa-basi lagi, Alfatih gegas keluar dari rumah menuju garasi, ia menstater motornya di sana sembari menunggu Yumna yang sedang mengambil barangnya. Tak lama kemudian Yumna menyusulnya di garasi.

"Sudah?" tanya Alfatih seraya memakai helm.

Yumna mengangguk semangat. "Berangkatnya pakai motor kah, Ustadz?" tanyanya.

"Iya, memangnya kenapa?"

"Berarti kita boncengan?" Yumna kembali bertanya.

Alfatih tertawa renyah menanggapi pertanyaan aneh Yumna. "Kalau perginya pakai motor, ya sudah pasti boncengan. Kalaupun rebahan, ya, bukan porsinya pakai motor," balas Alfatih sembari mengambilkan helm untuk Yumna.

Mahabbah Sang Ustadz (End) Where stories live. Discover now