41. MSU - Fakta Masa lalu

5.5K 429 5
                                    

Lama Alfatih terdiam, begitu pula Yumna. Sesekali Yumna mengangkat pandangannya berusaha menatap sang suami yang membalas dengan sorotan mata yang tak kalah tajam mengintimidasi.

Alfatih mengeluarkan sesuatu dari kantung jasnya, lalu meletakan tiga lembar foto milik Yumna di ujung kasur. Yumna yang sekilas melirik foto itu mengerjapkan mata terbelalak.

"Foto saya," sahut Yumna berpindah melirik Alfatih dan foto itu bergantian. Terselip potretnya tanpa kerudung dari ketiga lembar yang ditampilkan, foto itu sudah lama Yumna bahkan lupa kapan ia mengambilnya dan tak tahu dari mana Alfatih mendapatkannya.

“Ya, fotomu ... salah satunya ada yang tanpa kerudung. Lucu, ya, ketika dikilas balik saat kamu protes tentang tindak ketidaksengajaan saya terhadapmu, tapi merasa baik-baik saja ketika tampilanmu yang seperti ini terlihat oleh lelaki lain,” kata Alfatih dengan wajah merah padam, urat lehernya bahkan tampak di lapisan kulit putihnya yang memerah.

Rasanya Yumna seperti pencuri yang sudah lama jadi buronan diinterogasi seperti ini oleh Alfatih, sikapnya jauh lebih mengerikan dari sebelumnya membuat Yumna tertunduk dengan perasaan tak nyaman.

"Kamu tahu foto itu saya dapat dari mana?" Alfatih kembali mempertanyakan dengan harapan Yumna mau lebih dulu terbuka terhadapnya.

"Nggak tahu.” Yumna menjawab pelan dengan mata berembun, cairan hangat itu berkumpul dan Yumna menahannya kust di ujung pelupuk.

Alfatih mengembus napas gusar. "Itu saya dapat dari santri pondok, dari Anhar."

Yumna membelalakan matanya dengan sorot terarah menatap Alfatih, jantungnya berdetak cepat mencoreng kekhawatiran di wajah. Pikiran Yumna mulai menjalar ke mana-mana tatkala mendengar nama itu disebutkan, tetapi tetap membisu.

"Kamu kenal Anhar?" Lagi-lagi Alfatih bertanya dan kali ini Yumna membalas dengan gelengan kepala pelan.

"Enggak?" Alfatih menyimpulkannya demikian, karena Yumna menggelengkan kepala. Melihat tanggapan Yumna rupanya membuat Alfatih geram.

Istrinya ini berupaya membohongi dirinya dengan isyarat tubuh. Wajah Alfatih kian memerah dengan senyum kecut tergurat jelas di sana.

"Sekali lagi saya tanya, kamu benar-benar nggak kenal siapa Anhar?"

Yumna tercekat. Alfatih tampak tak mudah dibohongi juga tak secepat itu percaya, sehingga tak ada respon lain yang Yumna berikan selain diam.

"Masih nggak mau jawab juga?" tanya Alfatih, kali ini memalingkan wajahnya kecewa.

"U-ustadz ... sebenarnya ada apa?" Yumna membuka suara bertanya, takut melihat Alfatih yang menahan amarah karenanya.

"Seharusnya saya yang bertanya begitu," pungkas Alfatih datar. "Sebelum ini, ada hubungan apa kamu dengan si Anhar itu? Kenapa bisa foto-fotomu berserakan di brangkasnya?"

Sesaat Yumna terdiam, ia terlihat kebingungan bagaimana menjawab.

"Kamu pernah menjalani hubungan dengannya?"

Yumna mengangkat pandangannya menatap Alfatih, jelas saja Yumna terhenyak mendengar penuturan suaminya itu. Bagaimana bisa Alfatih berpikir demikian terhadapnya?

“Ustadz nuduh saya?” tanyanya dengan suara rendah, air matanya tak lagi terbendung membuat matanya bengkak dalam sesaat.

“Saya bertanya, Yumna. Terkait benar atau enggaknya saya perlu tahu!”

Seolah ditimpa beban berat di atas kepalanya, tubuh Yumna terdorong perlahan, tak menyangka Alfatih secepat itu menyimpulkan tentangnya.

“Enggak,” ucap Yumna menggeleng pelan dengan semburat kekecewaan di matanya.

Mahabbah Sang Ustadz (End) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon